tag:blogger.com,1999:blog-27343146396809755652024-03-19T12:09:35.959+07:00LapatauMenjelajahi Keanekaragaman Budaya & Keindahan Panorama Alam Indonesialapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-22902478496887865752011-04-26T10:27:00.001+07:002011-04-26T15:42:00.989+07:00Candi Prambanan, Candi Hindu Tercantik Di Dunia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL8G0nyhyO_KltXeLEpf9M8IVbRdc6A1co8cb-DDBoZtaUVLKGD3refOHfl8DTh8XKMkVxZUGK9Qdm5i84UWEhbBV0yg-iEVZFHpxt96MSchHfcR25X_NFAouNgcnHn4FPEG-WO0AuO7g/s1600/T0uH4db61af9e0e48.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL8G0nyhyO_KltXeLEpf9M8IVbRdc6A1co8cb-DDBoZtaUVLKGD3refOHfl8DTh8XKMkVxZUGK9Qdm5i84UWEhbBV0yg-iEVZFHpxt96MSchHfcR25X_NFAouNgcnHn4FPEG-WO0AuO7g/s320/T0uH4db61af9e0e48.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Candi Rara Jonggrang</span><span style="font-size: 12pt;"> atau Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.</span></div><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Candi Prambanan adalah mahakarya kebudayaan Hindu dari abad ke-10. Bangunannya yang langsing dan menjulang setinggi 47 meter membuat kecantikan arsitekturnya tak tertandingi.</span></div><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><span style="font-family: inherit; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kompleks Candi Prambanan mempunyai 3 halaman, yaitu halaman pertama berdenah bujur sangkar, merupakan halaman paling suci karena halaman tersebut terdapat 3 candi utama (Siwa, Wisnu, Brahma), 3 candi perwara, 2 candi apit, 4 candi kelir, 4 candi sudut/patok. Halaman kedua juga berdenah bujur sangkar, letaknya lebih rendah dari halaman pertama. Pada halaman ini terdapat 224 buah candi perwara yang disusun atas 4 deret dengan perbandingan jumlah 68, 60, 52, dan 44 candi. Susunan demikian membentuk susunan yang konsentris menuju halaman pusat.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeqwBMZDzzO2L6Pn49WO54Q5bILNvH5aUYVx6ZOYLmQLJS-LBAqziPDtWvtzy1l0L302DofSL1KXTd5R3K1JRhgGotR-a8OA7yeN3wF6ZvYVploLxtUdocmTrp_T7LgCKGlDTtUtaoWno/s1600/enVx4db61c703356c.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeqwBMZDzzO2L6Pn49WO54Q5bILNvH5aUYVx6ZOYLmQLJS-LBAqziPDtWvtzy1l0L302DofSL1KXTd5R3K1JRhgGotR-a8OA7yeN3wF6ZvYVploLxtUdocmTrp_T7LgCKGlDTtUtaoWno/s320/enVx4db61c703356c.jpg" width="240" /></a></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda, kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali.Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi ini adalah sebuah situs yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan.</span><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, tinggi bangunan utama adalah 47m.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhGTXNgMVAIURTAed5M7EurcQhbTJnTAHwB8MLfJpdWA72tTncBm0pgkw3ZWV41rFXvgVtdTxXaZZNlcceE4N4-qbTe3ENY2BQKRWXV9_BMUMP2sDXhZmtpZQ9DdK98Yc-vZCRpj-Kz7s/s1600/XIAm4db6213b0eefe.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhGTXNgMVAIURTAed5M7EurcQhbTJnTAHwB8MLfJpdWA72tTncBm0pgkw3ZWV41rFXvgVtdTxXaZZNlcceE4N4-qbTe3ENY2BQKRWXV9_BMUMP2sDXhZmtpZQ9DdK98Yc-vZCRpj-Kz7s/s320/XIAm4db6213b0eefe.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta. Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah arca Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya, dan Ganesa, putranya. Arca Durga juga disebut sebagai Rara atau Lara/Loro Jongrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjauc7-_DfkNLQWXz-JYHiGMDNMAQ5D8_dB7BdIg54eqHFnwi1d1WTWTAxIeUgfIRHC04_N2-WZyoR6QN_XcZ-TVQS9ejFCwqpWZrGh3jULeEYT6IA5C2EbAEElwoToXACAcdOfDvjS9cE/s1600/prambanan+1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjauc7-_DfkNLQWXz-JYHiGMDNMAQ5D8_dB7BdIg54eqHFnwi1d1WTWTAxIeUgfIRHC04_N2-WZyoR6QN_XcZ-TVQS9ejFCwqpWZrGh3jULeEYT6IA5C2EbAEElwoToXACAcdOfDvjS9cE/s320/prambanan+1.JPG" width="320" /></a></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-14252274653634702312011-01-23T01:10:00.000+07:002011-01-23T01:10:00.892+07:00Toraja Mendambakan Sentuhan Ekstra<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsx6XjMtDH3IPdMjjA03rvhNNZ5u-irQusEhGfCBB3VPPg1rnr7kYS9lY9u9YeZeXlk6EFQyqiaY5OUzVMTQV3KvF7iUfOmkPfmi-351FT3OIE4iJJgDgnDEEfkhSfzrdJ3h164mbZLJg/s1600/4152025p.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsx6XjMtDH3IPdMjjA03rvhNNZ5u-irQusEhGfCBB3VPPg1rnr7kYS9lY9u9YeZeXlk6EFQyqiaY5OUzVMTQV3KvF7iUfOmkPfmi-351FT3OIE4iJJgDgnDEEfkhSfzrdJ3h164mbZLJg/s400/4152025p.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tongkonan berumur ratusan tahun di Kampung Kete Kesu, Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. </td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Bayangan akan semarak upacara adat, sensasi adu kerbau, dan keindahan panorama Toraja tiba-tiba sirna dari benak Toby Mckenzie (35). Pria asal Inggris yang datang bersama istrinya, Elizabeth, itu gusar karena sulit mendapatkan brosur tentang agenda dan lokasi obyek wisata di Toraja. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Toby sengaja tidak mengambil paket tur wisata karena berpikir semua kebutuhannya sebagai wisatawan dapat diperoleh dengan mudah di Toraja. Hal itu didasari oleh pengalamannya berlibur ke sejumlah obyek wisata di negara berbeda. Namun, sarana informasi begitu sulit ia peroleh dalam kunjungan pertama kalinya ke Toraja ini. ”Sulit sekali mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Ternyata badan pariwisata (tourism board) pun tidak ada di Toraja,” tutur lelaki yang bekerja di Manchester ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hal itu mencerminkan belum optimalnya pengelolaan pariwisata di Toraja. Padahal, keramahan dan keterbukaan warga Toraja menjadi modal yang bisa dimanfaatkan pemerintah untuk memberdayakan sektor pariwisata berikut para pemangku kepentingan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada upacara pernikahan di Lembang Buntu Tallunglipu, Kecamatan Tallunglipu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (28/12), misalnya, warga membaur dengan sekelompok wisatawan. Kesakralan momen sekali seumur hidup itu tak terusik aktivitas memotret dan merekam yang dilakukan para turis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tak hanya itu, dalam upacara kematian Rambu Solo’ dan syukuran Rambu Tuka’ pun, wisatawan serta jurnalis bebas mengabadikan momen demi momen. Mereka leluasa mencari sudut pengambilan gambar yang terbaik seiring dengan berlangsungnya ritual. Tingkah polah para pendatang yang menganggap upacara bak tontonan sama sekali tak membuat gusar penghelat acara dan kerabatnya.</div><div style="text-align: justify;">Sayang, karakter warga Toraja yang kondusif bagi kepariwisataan itu belum diimbangi dengan kepekaan pemerintah setempat untuk menyiapkan sarana pendukung. Hampir semua jalan menuju tempat penyelenggaraan upacara, yang selama ini menjadi tujuan wisatawan, tidak memadai. Ruas jalan pada umumnya masih berupa tanah dan bebatuan dengan lebar kurang dari 3 meter.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk menyaksikan upacara Rambu Tuka’ di Tongkonan Massing, Tallunglipu, misalnya, pengendara harus melewati jalan yang memotong areal persawahan. Saat melalui jalan bebatuan dengan lebar hanya 2,5 meter itu, pengemudi terpaksa menepi seraya menekuk kaca spion jika berpapasan dengan kendaraan lain.</div><div style="text-align: justify;">Tidak jarang pengemudi harus mundur kembali ke jalan utama ketika berpapasan dengan truk yang mengangkut warga atau kerbau. Kondisi serupa juga terjadi pada akses menuju tempat pelaksanaan upacara Rambu Solo’ di Kampung Balusu, Kecamatan Balusu, dan Kampung Deri, Kecamatan Sesean, Toraja Utara.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadi Lesmana (34), wisatawan asal Jakarta yang datang bersama teman-temannya, harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer (km) dari jalan utama untuk menyaksikan pesta kematian almarhumah Theresia Tangdo Pole atau Ne’ Tapu’ di Kampung Deri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mobil yang dia sewa terpaksa menunggu di jalan utama karena akses menuju lokasi upacara lebarnya kurang dari 3 meter. Medan jalan yang terjal dan meliuk amat riskan dilewati kendaraan bermuatan banyak.</div><div style="text-align: justify;">Ketidaknyamanan juga dirasakan Maria Mantouw (22), wisatawan asal Manado, ketika ingin menonton Ma’pasilaga Tedong (adu kerbau) di Kampung Malakiri, Balusu. Mahasiswi Universitas Sam Ratulangi itu terpaksa berjalan kaki sejauh hampir 2 km karena warga sekitar melarang mobil masuk hingga lokasi. Warga khawatir, jika jalan dibuka, hal itu justru akan menyebabkan kemacetan.</div><div style="text-align: justify;">Kondisi ini bertolak belakang dengan berbagai upacara yang marak diselenggarakan pada akhir tahun. Upacara Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’ yang menelan biaya dari ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah justru digelar di ujung jalan sempit dan belum diaspal itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pesta kematian Ne’ Tapu’ di Kampung Deri, misalnya, menghabiskan dana sekitar Rp 3 miliar untuk penyediaan 108 kerbau persembahan dan ratusan babi. Kerbau yang dipersembahkan termasuk jenis tedong bonga (kerbau belang) dan kerbau baliian yang panjang tanduknya bisa mencapai 2 meter lebih. Harga seekor tedong bonga bisa mencapai Rp 300 juta, sedangkan harga kerbau baliian Rp 150 juta per ekor.</div><div style="text-align: justify;">Menurut tokoh masyarakat Toraja, Jacobus Kamarlo Mayongpadang, pesta yang digelar secara jorjoran itu mencerminkan lemahnya kontrol Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Toraja Utara. Peraturan daerah tentang retribusi pemotongan hewan dianggap kurang efektif membatasi jumlah hewan yang dipersembahkan dalam upacara.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selama ini pelaksana upacara dikenai retribusi Rp 150.000 untuk setiap kerbau dan Rp 50.000 untuk setiap babi persembahan. Yang jelas, penghasilan retribusi tak cukup untuk membenahi infrastruktur desa.</div><div style="text-align: justify;">Agar retribusi lebih bermanfaat bagi masyarakat, Pemkab Toraja Utara perlu menaikkan pajak. Jacobus berpendapat, keluarga yang menyembelih lebih dari 30 kerbau, misalnya, bisa dikenai pajak 20-30 persen dari harga total kerbau.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Koordinator Association of the Indonesia Tour and Travel Agencies Wilayah Sulawesi Nico B Pasaka menuturkan sisi lain: minimnya sarana informasi dan buruknya infrastruktur memengaruhi minat wisatawan ke Toraja. Perjalanan darat dari Makassar ke Toraja sejauh 328 km memakan waktu 12 jam. Lamanya waktu tempuh itu akibat belum rampungnya pelebaran jalan poros Maros-Parepare sepanjang 125 km, yang dimulai pada tahun 2008. Transportasi darat masih menjadi satu-satunya pilihan setelah Dirgantara Air Service (DAS) tak lagi melayani rute Makassar-Toraja sejak Juli 2010.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kala itu DAS menyediakan pesawat CASA 212 berkapasitas 24 penumpang, menyesuaikan dengan panjang landasan Bandara Pongtiku Toraja yang tak sampai 1.500 meter. Rencana membangun bandara baru dengan landasan lebih panjang agar bisa didarati pesawat ATR pun masih sebatas wacana. Menurut Nico, pembangunan bandara baru perlu segera direalisasikan untuk meningkatkan kembali animo wisatawan. Setelah dikunjungi sebanyak 385.000 wisatawan sepanjang tahun 1996, jumlah pelancong ke Toraja terus menurun. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel mencatat angka kunjungan wisatawan tahun lalu sebanyak 45.000 orang. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 60 persen yang berkunjung ke Toraja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Upaya Pemerintah Provinsi Sulsel mengadakan program Lovely December belum berdampak signifikan terhadap pariwisata Toraja. Acara yang digelar sejak 2008 itu belum bersinergi dengan agenda masyarakat sehingga terkesan seperti seremonial dan elitis. Lovely December akhir Desember 2010 bahkan kental dengan suasana politis terkait dengan rivalitas pasangan calon dalam Pilkada Toraja Utara.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tokoh pemuda Toraja, Rana Dase (51), berpendapat, pemerintah semestinya melakukan upaya yang lebih konkret, seperti menggalang sinergi warga Toraja, agar dapat memanfaatkan pariwisata sebagai sandaran hidup. ”Tanpa Lovely December pun Toraja pasti ramai karena para perantau mudik untuk merayakan Natal dan menghadiri upacara adat,” ucap Rana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akademisi asal Toraja, Stepanus Wilfrid, memandang, modal sosial yang dimiliki warga Toraja mestinya diimbangi oleh pemerintah dengan membangun infrastruktur kepariwisataan. Upaya masyarakat Toraja menjadikan aneka ritual sebagai ajang aktualisasi diri sepatutnya dibarengi dengan pemenuhan aspek-aspek pencarian identitas yang membanggakan.</div><div style="text-align: justify;">Intinya, Toraja menanti sentuhan ekstra secara masif....</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: x-small;"><strong>ASWIN RIZAL HARAHAP </strong>dan<strong> NASRULLAH NARA</strong></span></div><div align="center" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><strong>Sumber : Kompas Cetak 22 Januari 2011 </strong></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-10611726712987956992011-01-09T17:20:00.000+07:002011-01-09T17:20:37.354+07:00Keistimewaan Kerbau Toraja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYNWE_JSh4AOgLSPdXYHcP7toeyRQAbeJaHy3yN2Ee7zrfB3Q1i55cS3uQXwC200PsKCEpNfpFcS2QoE3yiyV-D3G7pHOhk3ZDG0BNxhOJ8llgYL-9azZFH71fjMzOTkcIOT1_KlqZK00/s1600/tedong.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYNWE_JSh4AOgLSPdXYHcP7toeyRQAbeJaHy3yN2Ee7zrfB3Q1i55cS3uQXwC200PsKCEpNfpFcS2QoE3yiyV-D3G7pHOhk3ZDG0BNxhOJ8llgYL-9azZFH71fjMzOTkcIOT1_KlqZK00/s400/tedong.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Jika di sebagian belahan Nusantara kerbau hanya dipandang sebagai hewan ternak dan sering kali ditemukan berkubang lumpur di sawah, tidak demikian halnya dengan kerbau yang ditemukan di sekitar kehidupan sehari-hari masyarakat Toraja. Bagi mereka, kerbau memiliki posisi istimewa dan menjadi salah satu simbol prestise dan kemakmuran.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF8LfLZl28B1AtLF6ffjuGmsoQbDVZ_oH9Qv5BBo6tFePAMnMFjonF00ggmW7ewAHwAfU9dlNiw6wFdtfTEKgvWgLI8hkAG7ANzFEv7dvF8RaOAzrGJGlSRyz6OtiAYfvO_g2fXn-RJAU/s1600/rambu-solo-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF8LfLZl28B1AtLF6ffjuGmsoQbDVZ_oH9Qv5BBo6tFePAMnMFjonF00ggmW7ewAHwAfU9dlNiw6wFdtfTEKgvWgLI8hkAG7ANzFEv7dvF8RaOAzrGJGlSRyz6OtiAYfvO_g2fXn-RJAU/s400/rambu-solo-1.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Dalam upacara adat Toraja seperti Rambu Solo, kerbau memegang peranan sebagai peranti utama. Kerbau digunakan sebagai alat pertukaran sosial dalam upacara tersebut. Jumlah kerbau yang dikorbankan menjadi salah satu tolok ukur kekayaan atau kesuksesan anggota keluarga yang sedang menggelar acara, sebagaimana di Kecamatan Balusu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Senin (27/12/2010). Kebanggaan akan hal tersebut terlihat dari jumlah tanduk kerbau yang dipasang pada bagian depan tongkonan (rumah tradisional Toraja) keluarga penyelenggara upacara Rambu Solo.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge6YPnpi3MZdPVynpSF5GEPq0cGXBXucEVqWcpfPSn3Tdxq2mgzHxur8HJs15WLIvVQsgkh2NFdEAjsFnIy948MQhNderFQcJ454F3WOWZIg3cIXWD8zNfxv7GoPEiIf6JHmArgoM2qhc/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge6YPnpi3MZdPVynpSF5GEPq0cGXBXucEVqWcpfPSn3Tdxq2mgzHxur8HJs15WLIvVQsgkh2NFdEAjsFnIy948MQhNderFQcJ454F3WOWZIg3cIXWD8zNfxv7GoPEiIf6JHmArgoM2qhc/s400/images.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Bentuk fisik kerbau yang oleh masyarakat Toraja disebut tedong itu berbeda dengan yang banyak ditemukan di kawasan lainnya. Kerbau Toraja rata-rata berbadan kekar dan beberapa di antaranya memiliki kulit belang serta tanduk memanjang. Dengan berbagai keistimewaan tersebut, tidak heran jika harga seekor kerbau yang kondisi fisiknya dinilai sempurna oleh masyarakat setempat dapat mencapai harga Rp 300 juta per ekor.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Agar tubuh kerbau menjadi kekar dan kuat, susu dan belasan butir telur ayam menjadi santapannya sehari-hari. Kekuatan dan postur tubuhnya akan sangat berpengaruh pada nilai jual serta daya tempur kerbau di arena adu kerbau.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Kerbau yang sering muncul sebagai pemenang memiliki penggemar tersendiri di arena pertandingan yang digunakan sebagai ajang hiburan rakyat serta pertaruhan uang antarwarga tersebut..</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;">Ferganata Indra Riatmoko</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Sumber : koran kompas minggu 8 januari 2011</span> </div><div style="text-align: justify;"> <iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B003WTE886&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B004CFBMR4&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B0002L5R78&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-51133751255743612452011-01-06T02:55:00.002+07:002011-01-06T03:06:01.042+07:00Ritual Pemakaman di Tana Toraja : Yang Mati Meninggalkan Beban<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Adat orang Toraja menggariskan penghormatan setinggi-tingginya kepada leluhur-berapa pun ongkosnya. Upacara kematian seorang <i>rambu solo</i>', anggota kasta emas (bangsawan), misalnya, bisa menghabiskan dana ratusan juta rupiah untuk menyembelih paling tidak 24 ekor kerbau. Di kalangan kasta besi dan kayu (menengah), upacara dilakukan dengan menyembelih 6-12 kerbau, dan dalam kasta rumput (rendah) beberapa ekor babi betina dikorbankan. "Anak keturunan berkewajiban memperlakukan leluhurnya dengan baik. Dengan begitu, sang leluhur juga akan melimpahkan rezeki dan menjaga keturunannya dengan baik pula," kata Prof. Dr. Marrang S. Paranoan, budayawan Toraja dari Universitas Hasanuddin. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP0eYbUANAPY2PZEvXALw_vX4Ou3vQIYaSR7TrMA_F5FO2haH84co55SSdbyrzrAYDcsJED5Z6HSWndk6iUoU0x5I7jlwc7YLaD-jcfZkVOYQVk4tXQ_kc2xpiiXDa22wfZrc8YIPsp1Y/s1600/rambu-solo-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP0eYbUANAPY2PZEvXALw_vX4Ou3vQIYaSR7TrMA_F5FO2haH84co55SSdbyrzrAYDcsJED5Z6HSWndk6iUoU0x5I7jlwc7YLaD-jcfZkVOYQVk4tXQ_kc2xpiiXDa22wfZrc8YIPsp1Y/s400/rambu-solo-1.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">pesta pemakaman (Rambu Solo')</td></tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Menyelenggarakan ritual kematian selangit-bisa mencapai Rp 1 miliar-merupakan kebanggaan yang tinggi bagi orang Toraja. Tetapi itu juga sekaligus menimbulkan utang besar, yang membebani hingga beberapa keturunan. Tengok saja David Layuk, 53 tahun, yang mengaku tak betah tinggal di kampung halamannya sendiri di Madandan, Toraja Bagian Tengah. Dia harus sering merogok koceknya dalam-dalam tak sebanding dengan gajinya sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Makale, Tana Toraja. Buat upacara kematian keluarga terdekat, David harus menyumbang setidaknya satu ekor kerbau. Untuk kerabat jauh, ia mesti menyumbang satu ekor babi. Dan itu terjadi hampir setiap bulan. Padahal, harga kerbau minimal Rp 10 juta per ekor, dan babi Rp 1 juta per ekor. "Utang babi saya di Pasar Hewan Bolu, Rantepao, sudah menumpuk," katanya berkeluh kesah saat ditemui TEMPO awal Juni lalu. "Saya tidak sanggup membayarnya. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYNWE_JSh4AOgLSPdXYHcP7toeyRQAbeJaHy3yN2Ee7zrfB3Q1i55cS3uQXwC200PsKCEpNfpFcS2QoE3yiyV-D3G7pHOhk3ZDG0BNxhOJ8llgYL-9azZFH71fjMzOTkcIOT1_KlqZK00/s1600/tedong.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYNWE_JSh4AOgLSPdXYHcP7toeyRQAbeJaHy3yN2Ee7zrfB3Q1i55cS3uQXwC200PsKCEpNfpFcS2QoE3yiyV-D3G7pHOhk3ZDG0BNxhOJ8llgYL-9azZFH71fjMzOTkcIOT1_KlqZK00/s400/tedong.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kerbau Belang (Tedong Bonga) yang harganya puluhan juta</td></tr>
</tbody></table><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pengeluaran untuk pesta-pesta adat tersebut lebih besar dari biaya untuk keluarga saya sendiri." Masih banyak David-David yang lain, sehingga tampak ada beban yang terus-menerus menggayuti masyarakat Toraja umumnya. Itulah yang membuat Toraja sulit berkembang karena selalu dalam lingkaran beban. Kesulitan ekonomi itu masih diperparah oleh soal judi sabung ayam terselubung yang sering menyertai upacara kematian. "Toraja kini menjadi wilayah judi sabung ayam di Sulawesi Selatan," tutur Tanete Adrianus Pong Masak, sosiolog Universitas Katolik Atmajaya Jakarta asal Toraja. "Sebuah pesta <i>rambu solo</i>' tanpa sabung ayam bukanlah upacara kematian yang sempurna." Sejatinya, wilayah Toraja, yang berpenduduk 381 ribu jiwa (sensus 1995), bukanlah bumi yang makmur penuh kekayaan alam. Hasil pertanian hanyalah kopi, kentang, kacang-kacangan, dan cengkeh. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQKRxn6rF51aM0pUWfytOj9i0AEwTxISGPZumukhygV71pF7RJTmojzycdz8Ch3vjtgHTaxwLOSSe209WvOHXYQG2bv-lshRhY6qJY0wyACKsb-qxWEqg3sHzzMFypsquoqW7UZppKDQE/s1600/pasar+babi.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQKRxn6rF51aM0pUWfytOj9i0AEwTxISGPZumukhygV71pF7RJTmojzycdz8Ch3vjtgHTaxwLOSSe209WvOHXYQG2bv-lshRhY6qJY0wyACKsb-qxWEqg3sHzzMFypsquoqW7UZppKDQE/s320/pasar+babi.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pasar babi di tana toraja</td></tr>
</tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Panen padi umumnya sekali setahun, menyesuaikan dengan musim. Lainnya berupa peternakan babi. Pada subsektor industri yang dihubungkan dengan industri pariwisata, ekspor lebih berkembang di Toraja. Potensi industri kecil atau kerajinan rakyat menunjukkan 2.646 unit usaha (Badan Pusat Statistik 1995). Karena memiliki keunikan yang khas, tak aneh jika industri pariwisata bertahun-tahun menjadi primadona Toraja. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Badan Pusat Statistik mencatat periode Juli 2000 lalu wisatawan mancanegara yang masuk ke Sulawesi melalui Bandara Hasanuddin di Makassar meningkat 64,4 persen dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Mayoritas menuju Tana Toraja. Sebagai perbandingan, Bali, yang merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia, hanya naik 16,62 persen. Bila musim turis tiba, sepanjang April-September, toko suvenir selalu diserbu turis. Sebuah toko suvenir bisa mengantongi keuntungan Rp 15 juta dalam sepekan. Sayangnya, toko-toko tersebut juga menjual secara ilegal barang dari makam yang selama ini dikeramatkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhdj5FRVjLFk-FVGaF1tAcbENTtNnpbCCIAuBZi0gtjXYolAaeg5KaPKAUe8ytOF2m2Pr9P-YfjOJR2KiORo1NcSX_KZirkygZnqVgvFEpJGx7WBHfA3dJWt2KXHcpzUg2OfqPveRQ6As/s1600/Toraja+562.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhdj5FRVjLFk-FVGaF1tAcbENTtNnpbCCIAuBZi0gtjXYolAaeg5KaPKAUe8ytOF2m2Pr9P-YfjOJR2KiORo1NcSX_KZirkygZnqVgvFEpJGx7WBHfA3dJWt2KXHcpzUg2OfqPveRQ6As/s400/Toraja+562.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Keindahan alam Tana Toraja</td></tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bisnis jarahan makam keramat akhirnya menjadi ironi pergeseran masyarakat Toraja. Hal itu diakui Tanete. "Ada nilai-nilai tradisional sudah mulai lapuk. Juga akses dari bisnis pariwisata Toraja yang mengakibatkan komersialisasi adat-istiadat," katanya. Menurut Tanete, perlu dicari suatu alternatif memajukan Tana Toraja lewat potensi ekonomi lain, seperti potensi pertambangan yang kaya di daerah itu. Tanpa pengembangan ekonomi yang lebih baik, pencurian mayat mungkin tidak bisa dihentikan. Mahalnya menyelenggarakan upacara penguburan hanya akan menjadi ironi ketika orang merusak kekeramatan leluhur justru karena kemiskinan yang ditinggalkan si mati. </span></div><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNoSpacing"><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;"><u>Dwi Arjanto dan Tomi Lebang (Toraja)</u></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/06/25/SEL/mbm.20010625.SEL81067.id.html" style="color: #444444;"><span style="color: #444444;">Majalah Tempo Interaktif</span> <span style="color: #444444;">tahun 2001</span></a></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;"><span style="color: #444444;"><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B000JQU1VS&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B002ZG981E&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B003DZ165W&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe> </span></span></div></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-28707883744700507152010-12-26T23:34:00.003+07:002010-12-26T23:42:05.720+07:00Sensasi Arung Jeram di Sa'dan Toraja<div class="post-header-line-1"><div class="postmeta"><span class="post-author vcard"> </span> </div></div><div class="post-body entry-content"><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: bold;">Toraja Indonesi</span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> bukan hanya terkenal dengan objek wisata berupa makam yang ada di sisi tebing, namun Anda juga bisa melakukan kegiatan </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: bold;">wisata arung jeram</span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> menyusuri Sungai Sa'dan. Bulan Desember merupakan saat favorit bagi pecinta arung jeram, menikmati sensasi arus Sungai Sa'dan.</span> </span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: inherit; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxF3Wxs2PkWuTypanujfiZjXCEeCtGkD7adn47l3ZDqh4p7yXMPQfEjWlYqGE7sF9-GFaOvraskGUX2sgMz1HBAz7EMYsodQnMTkmIErCMC8N-wrvMOps4FZBkIczbO4ilylKCnGdL1vE/s1600/ikeq_drono_Copy+of+arung+jeram.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxF3Wxs2PkWuTypanujfiZjXCEeCtGkD7adn47l3ZDqh4p7yXMPQfEjWlYqGE7sF9-GFaOvraskGUX2sgMz1HBAz7EMYsodQnMTkmIErCMC8N-wrvMOps4FZBkIczbO4ilylKCnGdL1vE/s400/ikeq_drono_Copy+of+arung+jeram.jpg" width="400" /></a></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sungai Sa'dan, juga sering disebut Saddang oleh orang luar Toraja, merupakan tempat yang sangat tepat untuk kegiatan arung jeram karena sungai ini memiliki panjang sekitar 182 kilometer dan lebar rata-rata 80 meter, serta memiliki anak sungai sebanyak 294.<br />
<br />
Pengarungan sungai Sa'dan ini dapat ditempuh selama 2 hari penuh dengan menginap di tengah perjalanan. Sebagai tempat menginap, Anda bisa beristirahat di sebuah rumah panggung yang biasa disebut lantang, yang terletak di pinggir sungai.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: inherit; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8hrh2g7T_EEn_0J2gWZ1aNJjLXGb7U0YfTKkkamS39GMFCWz44IaNxFzUx8igCFy1ZT0LkoKLocjohd99zcO0lwtkosvTvZsciH0pKOj5dWvG4rC3z4cmvmivUsItHoaNB69823_HIIKY/s400/arungjeram.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8hrh2g7T_EEn_0J2gWZ1aNJjLXGb7U0YfTKkkamS39GMFCWz44IaNxFzUx8igCFy1ZT0LkoKLocjohd99zcO0lwtkosvTvZsciH0pKOj5dWvG4rC3z4cmvmivUsItHoaNB69823_HIIKY/s400/arungjeram.jpg" width="400" /></a></span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Di sepanjang Sungai Sa'dan terdapat beberapa jeram dengan tingkat kesulitan yang berbeda, seperti jeram Puru dengan katagori tingkat kesulitan III, kemudian jeram Pembuangan Seba dengan kategori tingkat kesulitan IV, yaitu permukaan air di pinggir sungai yang lebar dan tiba-tiba menyempit dengan cepat.</span></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Ada juga jeram Fitri dengan kategori tingkat kesulitan V, yaitu berupa patahan dan arus sungai yang menabrak batu besar yang dapat menyebabkan perahu menempel di batu dan terjebak di antaranya.<br />
<br />
Sambil memacu adrenalin, Anda juga bisa menikmati topografi di sekitar Sungai Sa'dan yang indah dan hijau. Di sepanjang perjalanan, Anda bisa menyaksikan flora dan fauna yang beraneka ragam. Sesekali juga nampak gunung-gunung menyembul di sekitar sungai yang dilapisi oleh padang rumput sabana.<br />
<br />
Sebagai titik awal, pengarungan Sungai Sa'dan dimulai dari jembatan gantung di Desa Buahkayu, Kabupaten <span style="font-weight: bold;">Tana Toraja</span> dan berakhir di jembatan Pappi, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.<br />
<br />
Akses menuju, Makale ibu kota kabupaten <span style="font-weight: bold;">Tana Toraja</span> dari Kota Makassar dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat dan udara. Jalur darat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum selama kurang lebih 8 jam, sedangkan jalur udara dapat ditempuh dengan penerbangan perintis selama 2 jam. Saat ini sudah ada penerbangan reguler dengan Trigana Air dari Balikpapan-Rantetayo, Tana Toraja.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: inherit; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcinN8Erjr-HgxN81b_KDeOUS4NOlGqfNM9W_aqj2SdiLf5TE4ULYUb1qK6zT9KoOElm1HOKcvRgb7sXAER9-Hz1xa9EktMv7Z8PGGWQPfxD6yWIYr0fZW6U_PyFrH3wgPyisTVCyfgSxm/s1600/arung+jeram.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcinN8Erjr-HgxN81b_KDeOUS4NOlGqfNM9W_aqj2SdiLf5TE4ULYUb1qK6zT9KoOElm1HOKcvRgb7sXAER9-Hz1xa9EktMv7Z8PGGWQPfxD6yWIYr0fZW6U_PyFrH3wgPyisTVCyfgSxm/s400/arung+jeram.jpg" width="400" /></a></span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sesampainya di </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: bold;">Makale </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">ibukota </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: bold;">Tana Toraja</span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">, Anda dapat langsung menuju </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: bold;">Rantepao</span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">,ibukota kabupaten </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: bold;">Toraja Utara</span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">. Dari kota ini perjalanan dilanjutkan ke Desa Buah Kayu (tempat start pengarungan). Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan mobil Jip selama kurang lebih 3,5 jam.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /> <br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> Bila Anda belum mempunyai pengalaman arung jeram, di lokasi tersedia river guide (pemandu sungai) yang profesional dengan biaya sebesar Rp1.250.000, per orang. </span></span></div><br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
Kontak Operator Arung Jeram Toraja Sa'dan</span><br />
<br />
Indo' Sella' Expedition<br />
Perumahan Azalea Blok B/15, Panakkukang Mas<br />
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia<br />
Telepon: (+62-411) 5073499<br />
Hotline: (+62-813) 42270999<br />
Faksimili : (+62 411) 439057<br />
<br />
Sobek Expedition<br />
Jl Pongtiku No 48, Rantepao, Tana Toraja, Indonesia<br />
Telepon (+62-423) 21336<br />
Faksimili (+62-423) 21615<br />
</div><div class="post-body entry-content"></div><div class="post-body entry-content">Sumber : <a href="http://www.torajacybernews.com/2010/11/sensasi-arung-jeram-di-sadan-toraja.html" style="color: black;">Toraja Cyber News</a><br />
<br />
<iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B002ZG980U&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B001FA1O0O&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B0049IHY30&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe> </div><div class="post-footer"><div class="post-footer-line post-footer-line-1"></div></div><div class="comments" id="comments"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=2734314639680975565&postID=2870788374470050715" name="comments"></a><span id="blog-pager-older-link"></span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-48121152187239607212010-12-26T23:15:00.001+07:002010-12-26T23:46:46.546+07:00Upacara Adat Terunik Khas Indonesia<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Selain pesona alam dan bangunan-bangunan eksotik, upacara dan ritual etnik juga menjadi daya tarik, bagi wisatawan dunia. Memiliki beragam suku dan adat istiadat, Indonesia memiliki banyak ritual unik. Adu kerbau dalam ritual Rambu Solo' di Toraja termasuk salah satu upacara adat terunik, khas Indonesia. Berikut upacara adat terunik dari berbagai daerah.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: bold;">1. Ritual Tiwah</span></span> <span style="font-size: small;"><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWggUjcfwV70Br0pSVJa8RwQuAWehhVAQEqCVKf8P4RMHm6pv_RiMDfwey3HHAqyqjjCNTRpjzr0c9M-gR80MtJlzDYdXIPfX7HOtKEWyyAoL725b_N1MiNRce8Q2YitQHF2NtcvuQQmOG/s1600/tiwa.jpg" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524987915037926338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWggUjcfwV70Br0pSVJa8RwQuAWehhVAQEqCVKf8P4RMHm6pv_RiMDfwey3HHAqyqjjCNTRpjzr0c9M-gR80MtJlzDYdXIPfX7HOtKEWyyAoL725b_N1MiNRce8Q2YitQHF2NtcvuQQmOG/s320/tiwa.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 172px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 288px;" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ritual Tiwah yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung. Ritual Tiwah dijadikan objek wisata karena unik dan khas. Banyak para wisatawan mancanegara tertarik pada upacara ini yang hanya dilakukan oleh warga Dayak Kalteng.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">2. Kebo-Keboan</span></b><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcbVGX2be5S_yLq0u_SAWSF9N2JX6hNBCCuqq_HWXH0jq8ohYsApub5LWfqb69LAOMZQjWx9xz0N0VIVsndXpuMerx42mj2TzKhrCohQ4M28ibXfmxLcJmcW4UOu4ADKcjNnpIaq8a9rHS/s1600/kebo-keboan.jpg" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524987010157323762" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcbVGX2be5S_yLq0u_SAWSF9N2JX6hNBCCuqq_HWXH0jq8ohYsApub5LWfqb69LAOMZQjWx9xz0N0VIVsndXpuMerx42mj2TzKhrCohQ4M28ibXfmxLcJmcW4UOu4ADKcjNnpIaq8a9rHS/s320/kebo-keboan.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 184px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 274px;" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Prosesi upacara adat Kebo-keboan yang dilaksanakan setiap tahun oleh warga Desa Alasmalang. Awalnya upacara adat ini dilaksanakan untuk memohon turunnya hujan saat kemarau panjang. Dengan turunnya hujan ini berarti petani dapat segera bercocok tanam.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Puncaknya prosesinya adalah membajak sawah dan menanam bibit padi di persawahan. Orang-orang yang bertingkah seperti kerbau tadi dapat kesurupan dan mengejar siapa saja yang mencoba mengambil bibit padi yang ditanam. Warga masyarakat Desa Alasmalang berusaha berebut bibit padi tersebut, karena dipercaya dapat digunakan sebagai tolak-bala maupununtuk keuntungan.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>3. Adu Kerbau</b> </span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Adu kerbau diawali dengan kerbau bule. Partai adu kerbau diselingi dengan prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro tedong, yaitu menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas. Semakin sore, pesta adu kerbau semakin ramai karena yang diadu adalah kerbau jantan yang sudah memiliki pengalaman berkelahi puluhan kali.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sebelum diadu, dilakukan parade kerbau. Ada kerbau bule atau albino, ada pula yang memiliki bercak-bercak hitam di punggung yang disebut saleko dan hitam di punggung (lontong boko'). Jenis yang terakhir ini harganya paling mahal, bisa di atas Rp 100 juta. Juga terdapat kerbau jantan yang sudah dikebiri—konon cita rasa dagingnya lebih gurih</span></span><br />
<div style="text-align: right;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeO4DstOTyRL55ODGLNiIXwgC3rPj-T18__9NOo6vXRzZ8YeLhkK0vTzIWBogQ_sZNNC3YtiXhE8yRqnk584BneeKmpEqKWZdivOUdmZftPU8VikAdRDdU510dbUjwZrxuAC8Rv_S20g4E/s1600/rambusolo.jpg" style="clear: right; float: right; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="" border="0" height="287" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524988858161331810" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeO4DstOTyRL55ODGLNiIXwgC3rPj-T18__9NOo6vXRzZ8YeLhkK0vTzIWBogQ_sZNNC3YtiXhE8yRqnk584BneeKmpEqKWZdivOUdmZftPU8VikAdRDdU510dbUjwZrxuAC8Rv_S20g4E/s400/rambusolo.jpg" style="float: left; height: 230px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 320px;" width="400" /></a></div><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> </span></span><br />
<span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">4 . Rambu Solo</span></b><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan/ kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi. Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang diusung menggunakan Tongkonan (sejenis rumah adat khas Toraja) menuju makam yang berada di tebing-tebing dalam gua. Nama makamnya adalah pekuburan Londa.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Yang unik dari upacara rambu solo adalah pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat mirip dengan yang meninggal dan diletakkan di tebing. Uniknya lagi, konon katanya wajah boneka itu kian hari kian mirip sama yang meninggal.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">5. Pasola Sumba</span></b><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcbVGX2be5S_yLq0u_SAWSF9N2JX6hNBCCuqq_HWXH0jq8ohYsApub5LWfqb69LAOMZQjWx9xz0N0VIVsndXpuMerx42mj2TzKhrCohQ4M28ibXfmxLcJmcW4UOu4ADKcjNnpIaq8a9rHS/s1600/kebo-keboan.jpg" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524987010157323762" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcbVGX2be5S_yLq0u_SAWSF9N2JX6hNBCCuqq_HWXH0jq8ohYsApub5LWfqb69LAOMZQjWx9xz0N0VIVsndXpuMerx42mj2TzKhrCohQ4M28ibXfmxLcJmcW4UOu4ADKcjNnpIaq8a9rHS/s320/kebo-keboan.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 184px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 274px;" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar supaya panen tahun tersebut berhasil dengan baik.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut pasola. Pasola adalah “perang-perangan” yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">6. Dugderan</span></b><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxF5LEXplOVxkFkD51EvxOPhPcMrlg_-2l28SqR04zwQztKZkveYqS7UyK9gfwblFJOtS-PR7_T6rtp0X4wue8W3MxhahN-BRVFKEmIOpTDD0XvnRiKK54HEX50NZlrIV8ZGAQyKrZKhaE/s1600/dugderan.jpg" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524986683516117634" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxF5LEXplOVxkFkD51EvxOPhPcMrlg_-2l28SqR04zwQztKZkveYqS7UyK9gfwblFJOtS-PR7_T6rtp0X4wue8W3MxhahN-BRVFKEmIOpTDD0XvnRiKK54HEX50NZlrIV8ZGAQyKrZKhaE/s320/dugderan.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 181px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 279px;" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Duderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder, diambil dari perpaduan bunyi dugdug, dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan derr.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai sepekan sebelum dugderan, karnaval yang diikuti oleh pasukan merahputih, drumband, pasukan pakaian adat “BHINNEKA TUNGGAL IKA”, meriam, warak ngendok dan berbagai potensi kesenian yang ada di Kota Semarang. Ciri Khas acara ini adalah warak Ngendok sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga kulit sisik emas. Visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna – warni. Acara ini dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari yang sama juga diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">7. Tabuik</span></b><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtfXgwgMhrndK7m55uIgf1O4REhWRjPhLDRV41oFSuEevKE6RxyJnNn4Gx4RzF-5_GfZjr44xl6AFflQgwpGoDCT4spr90fNkebgSbwpL2hx0jDwXRb0SClcHkUhJWt3rM0XTgHSInQFrk/s1600/tubik.jpg" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524987555769424546" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtfXgwgMhrndK7m55uIgf1O4REhWRjPhLDRV41oFSuEevKE6RxyJnNn4Gx4RzF-5_GfZjr44xl6AFflQgwpGoDCT4spr90fNkebgSbwpL2hx0jDwXRb0SClcHkUhJWt3rM0XTgHSInQFrk/s320/tubik.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 178px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 284px;" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam. Pada hari yang telah ditentukan, sejak pukul 06.00, seluruh peserta dan kelengkapan upacara bersiap di alun-alun kota. Para pejabat pemerintahan pun turut dalam pelaksanaan upacara paling kolosal di Sumatera Barat ini.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang. Di belakang Tabuik, rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat musik perkusi berupa aneka gendang, turut mengisi barisan. Sesekali arak-arakanberhenti dan puluhan orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan. Saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis arakannya.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">8. Ngaben</span></b><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOFa442ktHdOG8NXk6PR47ADbz6Or268BmWPbPQUg4GS181LMnZOvHx1yd5Tt8PozmiqYou-EOxt1vj7lJmL9mobzM7KAC0lpSzi76RtGcLy8GONf9RhIRM1yy3LwzOl5Tp1h8livvysl4/s1600/ngaben.jpg" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5524988129370421170" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOFa442ktHdOG8NXk6PR47ADbz6Or268BmWPbPQUg4GS181LMnZOvHx1yd5Tt8PozmiqYou-EOxt1vj7lJmL9mobzM7KAC0lpSzi76RtGcLy8GONf9RhIRM1yy3LwzOl5Tp1h8livvysl4/s320/ngaben.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 240px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 210px;" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu Bali. Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut, perlahan-lahan kobaran api akan membesar dan mulai berkobar menyulut sosok jenazah. Lama-kelamaan kobaran api mulai menghanguskan jazadnya yang dipercaya akan melepaskan segala ikatan keduniawian dari orang yang meninggal itu. Bila ikatan keduniawian telah terlepas, maka semakin terbukalah kesempatan untuk melihat kebenaran dan keabadian kesucian Illahi di alam sana.Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dari orang yang meninggal dibantu oleh masyarakat membuat “Bade dan Lembu” yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. “Bade dan Lembu” ini merupakan tempat jenazah yang nantinya dibakar. (wisataindoensia)</span></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sumber : <a href="http://www.torajacybernews.com/2010/10/adu-kerbau-toraja-masuk-upacara-adat.html" style="color: black;">Toraja Cyber News</a><br />
<iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B003WTE886&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B002FQJT3Q&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B0042U94UQ&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe> </div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-80395884351620292742010-12-26T21:49:00.001+07:002010-12-27T00:03:47.870+07:00Mencuri Mayat Kuno Toraja dari Puya-Nirwana ( Mummy Tana Toraja )<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZBkgsZ72AA4umAANrJVjZ1lgMCAs73aIKuSs8bXOHBca8iamHOV_639VuifgZarGqdfJnBFMJypkF1oJSfKi3BBkhDPOTZjSMqcz1q0BJGBT6-R1nyGZ7CHGAwQ7T4kNzVavByxnEFwk1/s1600/toraja+mummi.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZBkgsZ72AA4umAANrJVjZ1lgMCAs73aIKuSs8bXOHBca8iamHOV_639VuifgZarGqdfJnBFMJypkF1oJSfKi3BBkhDPOTZjSMqcz1q0BJGBT6-R1nyGZ7CHGAwQ7T4kNzVavByxnEFwk1/s320/toraja+mummi.jpg" width="218" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Keunikan tradisi ritual kematian di Toraja, tak urun membuat sejumlah pihak berhenti menggunakan kesempatan memperkaya diri sendiri. Benda-benda magis, tau-tau, erong, bahkan mumi dirampok dan dijual dengan harga tinggi sampai ke luar negeri. Artikel Tempo bertajuk Mencuri Mayat dari Nirwana ini terbit 25 Juni 2001, menelusuri pencurian mayat di Tana Toraja yang ibarat persoalan yang berpusing dalam labirin tanpa ujung. Bahkan di puya-nirwana tempat segala kehidupan akan berakhir dengan bahagia-mayat-mayat kuno Toraja kian sulit menemukan ketenangan. Hingga kini.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Di sebuah toko cenderamata di Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pria setengah baya itu memperkenalkan diri: namanya Rukka Lindung, usianya 50 tahun. Dalam tokonya yang pengap, penjual bendabenda seni itu memajang berbagai suvenir khas Toraja. Ada pintu gua-gua kuburan tua, patung yang biasa dipajang di beranda kubur-kubur kuno (tau-tau), kain serta sesembahan kematian lainnya.<br />
<br />
Benda-benda berwarna hitam dan kelabu serta berbau apak yang menyengat hidung ini mengalirkan suasana mistis di toko itu-sekaligus menjadi daya tarik. Siapa berminat, silakan mampir. Semua barang di toko Rukka Lindung berikut sederet kedai suvenir lain di Rantepao memang disediakan bagi para turis yang berminat pada benda-benda yang berhubungan dengan kematian-ciri khas wisata Tana Toraja. <br />
<br />
Terletak di kawasan utara Sulawesi Selatan, Kabupaten Tana Toraja bisa dicapai dalam tujuh jam perjalanan dari Makassar. Daerah itu memang menjadikan kubur dan prosesi kematian sebagai daya tarik wisata, selama ini. Sebahagian dari daya tarik itu dipajang oleh Rukka dan kawan-kawannya di dalam toko-toko sepanjang jalan utama yang membelah Rantepao. "Semua itu replika atau tiruan," kata Rukka sambil menunjuk barang dagangannya.<br />
<br />
Penjaja cenderamata memang hanya boleh menjual barang replika. Benda yang asli menetap di makam-makam kuno. Kandean dulang atau piring kayu yang bertangkai adalah salah satu contoh. Selain bernilai budaya tinggi, benda-benda kubur asli yang berumur ratusan tahun dilarang diperjualbelikan. Pemerintah mengategorikannya sebagai benda cagar budaya. Tapi betulkah tanda mata di kubur asli tak bisa diperjualbelikan di Toraja? Nanti dulu. "Ayo ikut saya ke lantai atas," kata Rukka. Melewati tangga kayu ke lantai dua, ia berbelok ke kanan dan masuk ke sebuah ruang lain berukuran sembilan meter persegi. Dalam keremangan cahaya, tampak beberapa benda kubur berukuran besar dan berwarna gelap. Ada sekitar 20 pintu makam kuno dan dua kepala peti mayat (erong) berbentuk kepala kerbau diletakkan di atas sebuah rak kayu. Beberapa di antaranya telah berlubang dimakan rayap. Semuanya asli. "Pintu makam ini dicuri seseorang di daerah Sanggalangi, Toraja, dan dijual kepada saya seharga Rp 2 juta," kata Rukka. Dua kepala erong lainnya ia beli sebulan silam. Sang pencuri menawarkan lima kepala erong seharga Rp 1,75 juta. "Pencurinya menggergaji sekaligus lima kepala kerbau dari peti mati," katanya. Salah satu erong sudah dijual Rukka kepada seorang kolektor Prancis seharga Rp 1,4 juta. Jika utuh beserta peti matinya, erong itu bisa lebih mahal. "Seorang kolektor Amerika pernah memesan peti utuh dan menawarkan harga US$ 1 juta (setara Rp 10 miliar pada kurs Rp 10 ribu)," kata Rukka lagi.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVvW2f-AJyxAXatwasj-lEuPW_4jvkULed_EztzXZNlI_vSLoHX85RalINSzBiqXzrBi8ubsAtk85KIlobRH9GjWjkegLeMPO06Z9oLvXGsVoEmKGqhYgCI73ykZm5ORdZiZgsEx2B9Nxn/s1600/Grandson,+Grandma+tau+tau++.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452189117426613426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVvW2f-AJyxAXatwasj-lEuPW_4jvkULed_EztzXZNlI_vSLoHX85RalINSzBiqXzrBi8ubsAtk85KIlobRH9GjWjkegLeMPO06Z9oLvXGsVoEmKGqhYgCI73ykZm5ORdZiZgsEx2B9Nxn/s320/Grandson,+Grandma+tau+tau++.jpg" style="float: left; height: 320px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 214px;" /></a><br />
Di Toraja, kesakralan benda-benda kubur dan penghargaan terhadap kematian pupus perlahan-lahan. Penjualan barang-barang curian dari makam-makam purba sudah lazim (lihat Dari Gunung-gunung ke Eropa). Toko Rukka hanya salah satu contoh tempat penampungan barang curian tersebut. Selasa 3 April lalu, misalnya, liang batu di kampung Tondon di Makale, Toraja, dibobol pencuri. Dari beranda liang, si penjarah menggondol salah satu dari belasan tau-tau kuno dan menurunkannya dengan menggunakan tali plastik. Untung, sebelum tau-tau ini dilarikan, warga sekitar menemukannya tergeletak di tengah rerumputan. Rupanya, si pencuri menyimpannya di situ dan akan mengambilnya lagi jika keadaan sudah aman. Tersangkanya seorang anak muda dari Kota Makale. Tapi ia keburu kabur sebelum bisa ditangkap polisi. "Sasaran terbanyak pencurian adalah makam-makam tua di Kecamatan Rantepao, Sangalla, dan Mengkendek," kata Inspektur Satu Ruben Tato, Kepala Satuan Serse Polres Tana Toraja. <br />
<br />
Tak cuma tau-tau. Mumi-mayat yang dikeringkan dan berusia ratusan tahun-pun kini dicuri dan diperjualbelikan. Tahun silam, sebuah mumi berusia 400 tahun hilang dari makam kuno di tebing curam Gunung Tallangsura' di Desa Dende'. Pencurinya tertangkap sebelum ia sempat melego jarahannya. Mumi berukuran 70 sentimeter itu kini diamankan di rumah seorang tetua adat di sana. Tak ada angka pasti berapa banyak mumi dan benda kuburan kuno sudah berpindah tangan. Tapi, dari cerita Rukka, terlihat jelas bagaimana penjualan barang haram itu telah dilakukan hingga ke Eropa. <br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGdcLoXGpbDjTSF0S8hTkhNzZ6EoKhurru4CZg1IobhcKiEubHhyO1ft2_dZpXRp81uTgiX4q94koF3rU8ERfvCH0P73V5aezpg-ovVtCmUKcdvmIbxjNbzlCnmOERZaVOpwnySrwU2BkL/s1600/eko.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452188777780384210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGdcLoXGpbDjTSF0S8hTkhNzZ6EoKhurru4CZg1IobhcKiEubHhyO1ft2_dZpXRp81uTgiX4q94koF3rU8ERfvCH0P73V5aezpg-ovVtCmUKcdvmIbxjNbzlCnmOERZaVOpwnySrwU2BkL/s320/eko.JPG" style="float: left; height: 320px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 240px;" /></a><br />
Pada 26 Mei tahun lalu, bea dan cukai Semarang, misalnya, berhasil menggagalkan penyelundupan 33 benda purbakala (empat di antaranya tau-tau) ke Eropa. Benda-benda itu kini disimpan di Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Yogyakarta. Mengapa hal ini bisa terjadi, sementara dalam kepercayaan Toraja pencurian mayat adalah penghinaan terhadap leluhur-juga berarti kematian? Sosiolog asal Toraja, Tanete Adrianus Pong Masak, menjelaskan fenomena itu dalam wawancara dengan TEMPO: "Masyarakat Toraja memang tengah dilanda krisis luar biasa. Nilai-nilai tradisionalnya sudah mulai hancur. Orang sudah tidak percaya lagi pada tradisi dan seolah-olah segalanya bisa diperjualbelikan." Tanete mencontohkan, mumi yang kini banyak diperdagangkan secara gelap adalah sesuatu yang amat dihormati dalam masyarakat Toraja. Adat Toraja selama ini memang dikenal mengagungkan mayat. <br />
<br />
Prosesi penguburan jenazah bisa lebih semarak dari resepsi perkawinan. Biaya pesta penguburan bagi seorang berkasta tinggi bisa mencapai Rp 1 miliar (lihat Yang Mati Meninggalkan Beban). Dana sebesar itu dipakai untuk membeli kerbau, babi, membangun pemondokan untuk pesta dan pernak-pernik keriaan lainnya. Jika uang belum cukup, jenazah bisa disimpan dulu selama satu-dua tahun sebelum dikubur. "Masyarakat Toraja terobsesi pada maut. Kematian bagi mereka adalah pencapaian kehidupan yang abadi. Ritual penguburan dipahami sebagai ritus penebusan dosa dan pembersihan dari rasa takut," Tanete menjelaskan. Itu sebabnya dalam budaya Toraja dikenal pemeo "hidup manusia adalah untuk mati". Artinya, setelah mati, manusia akan menuju kehidupan yang kekal di nirwana (puya).<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQFQrhRvmkG_fSOseuv1fhqaLk2JJ8eu5GbD7rkMlSGcnG8SHIeHpEcdsn2778DrhUXf5yrfN9reWjhC6D-ejISCovK3gjFw0lTAxH3lSnRcUk00NkKJv745mBuqa-kt437kSLJU_YgCfi/s1600/erong2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452189515488611058" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQFQrhRvmkG_fSOseuv1fhqaLk2JJ8eu5GbD7rkMlSGcnG8SHIeHpEcdsn2778DrhUXf5yrfN9reWjhC6D-ejISCovK3gjFw0lTAxH3lSnRcUk00NkKJv745mBuqa-kt437kSLJU_YgCfi/s320/erong2.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 241px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 320px;" /></a><br />
Untuk mencapai puya itulah seseorang yang mati harus membawa bekal harta sebanyak-banyaknya. Nyawa orang yang meninggal juga akan diantar ke surga melalui pesta kematian yang semarak. Selain itu, sebelum dimakamkan, jasad yang mati dianggap masih sakit. Memestakan penguburan mayat dianggap sebagai merayakan kesembuhan mayat tersebut. Kuburan kuno dalam dinding dingin cadas juga diyakini sebagai representasi surga. Semakin banyak benda yang dibawa sang mayat, semakin bahagia hidupnya di alam baka. Keluarga-keluarga kaya biasanya menyertakan emas dan perhiasan dalam kubur leluhur mereka. Sebuah kubur batu biasanya disiapkan hingga berbulan-bulan. Setelah siap, di beranda kubur diletakkan tau-tau sebagai sarana mengingat jenazah. Harta di dalam kubur itulah yang kemudian memikat para pencoleng.<br />
<br />
Dalam banyak kasus, pencurian kerap melibatkan keluarga mayat. Di Desa Dende', misalnya, si pencuri bekerja sama dengan keluarga dekat sekaligus penjaga makam. Tanpa bantuan "orang dalam", pencurian benda kubur (terutama mumi) amat sulit dilakukan. Mumi-mumi berusia tua terletak di bagian atas gua dan relatif tersembunyi. Jika tak ada yang memberi tahu, sulit bagi pencuri menemukan mumi yang tersembunyi di antara ratusan mayat-mayat lain. Tidak semua kubur batu juga menyimpan mumi. Sebagian besar mayat hancur akibat gerusan cuaca dan jasad renik perusak. Hanya mayat-mayat tertentu yang bisa bertahan lama. Itulah sebabnya mumi yang utuh umumnya dipercaya memiliki daya magis tertentu (lihat 'To Kassala' bagi Para Penjarah). Tapi, menurut Candra Tulungallo, 39 tahun, pencari barang antik yang pernah dihukum empat bulan karena menadah tau-tau curian, peran keluarga hanyalah sebagai informan (lihat: Ada Mumi Berharga Rp 1 Miliar). Mereka tak berani mencuri sendiri karena takut kualat. Sebagai informan, pendapatan mereka tidak banyak. <br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWpfgEIvaXd3MLWBkZ7llSQ03CExM0gHNWoerZhtNmhJIme-OGrROd6kajPE4f-JMdBmgHyY-8FXX8KCPLm-bcjb_ypSOzimEi_8eGozyX6qbNZCP0Rio00pR8Z0DDIGLljZjI38Cgnnmx/s1600/kuburan.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452193044687779234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWpfgEIvaXd3MLWBkZ7llSQ03CExM0gHNWoerZhtNmhJIme-OGrROd6kajPE4f-JMdBmgHyY-8FXX8KCPLm-bcjb_ypSOzimEi_8eGozyX6qbNZCP0Rio00pR8Z0DDIGLljZjI38Cgnnmx/s320/kuburan.jpg" style="cursor: pointer; float: right; height: 214px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 320px;" /></a><br />
Paling banter mereka mendapat Rp 2 juta jika misi pencuriannya sukses. Padahal, jika bisa dilego, harga tau-tau atau mumi bisa selangit. Menurut Rukka, tau-tau asli bisa laku hingga Rp 50 juta. Beberapa kolektor luar negeri yang mencari mumi atau tau-tau biasa menitipkan uang Rp 1 juta-2 juta sebagai panjar. Artinya, itu adalah uang hilang, karena belum ada jaminan barang yang diminta benar-benar tersedia. Bisnis mumi atau tau-tau di Toraja memang menggiurkan. Satu toko suvenir di Rantepao rata-rata bisa mengantongi Rp 60 juta per bulan. Jika turis sedang ramai (biasanya pada bulan April-September), pendapatan bisa melonjak berkali-kali lipat. Di negeri-negeri asing, mumi atau tau-tau dijadikan pajangan atau digunakan sebagai obyek penelitian. Tapi keuntungan besar amat bergantung pada pasokan barang. Banyak pedagang nekat memalsukan dagangannya-sembari berharap konsumen tertipu-karena tak mudah mendapatkan mumi atau tau-tau asli. Di sinilah calon pembeli harus pandai-pandai mengendus barang incarannya. Soalnya, dengan teknik tertentu, barang palsu dan asli sulit dibedakan. Teknik pemalsuannya juga tak sulit. Sebuah tau-tau palsu, misalnya, dibuat dari pokok kayu yang diukir mirip patung yang asli, lalu dibakar hingga menghitam dan diamplas hingga halus. Patung kayu itu lalu disiram air secara rutin selama sebulan hingga berjamur. Bercak jamur akan membuat patung-patung palsu tersebut tampak tua. Adapun mumi itu dibuat dari boneka yang dibungkus dengan kulit ayam yang dibalik sehingga menyerupai kulit manusia. Boneka itu lalu diberi ornamen seperti rambut, kuku, dan baju. "Tapi umumnya pembeli tahu mana mumi asli dan palsu," kata Rukka. Meski marak, pemalsuan tau-tau dan mumi itu tak meredakan besarnya pencurian tau-tau dan mumi asli.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9v1c9s7WHuQsoHtCLnMja1KUl5BMvkIa3KHEmf_GLs3dDDMHrGZMe50NoLMGhalyr2DZfAwBB5s4Y9O73yGHBb4Tpy1qVWrZHTzGywCO4e6JXDk57uHMm6pKLN1BmlE6Fr-rmlm8ICXoQ/s1600/IMG_7630.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452189979467290882" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9v1c9s7WHuQsoHtCLnMja1KUl5BMvkIa3KHEmf_GLs3dDDMHrGZMe50NoLMGhalyr2DZfAwBB5s4Y9O73yGHBb4Tpy1qVWrZHTzGywCO4e6JXDk57uHMm6pKLN1BmlE6Fr-rmlm8ICXoQ/s320/IMG_7630.JPG" style="cursor: pointer; float: right; height: 320px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 240px;" /></a><br />
Polisi Tana Toraja sendiri tampaknya sudah kewalahan dengan aksi ini. Soalnya, pada beberapa kasus, pencurian mayat tidak dilaporkan ke polisi karena telah diselesaikan di tingkat keluarga. "Sejauh ini baru dua kasus pencurian mumi yang sampai ke pengadilan. Selebihnya tidak jelas penyelesaiannya," kata David Layuk, Kepala Kejaksaan Negeri Makale. Selain itu, perangkat hukum yang bisa memberantas penjualan barang-barang tersebut ke luar Toraja juga tak kuat. Menurut Dendi Eka Hartanto, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Yogyakarta-kota yang kerap jadi daerah transit mumi Toraja-selama ini undang-undang yang bisa dipakai untuk menjerat penjualan barang-barang kuno asal Toraja itu adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Persoalannya, undang-undang tersebut menetapkan bahwa larangan jual-beli hanya bisa dilakukan jika sudah ada surat keterangan (SK) yang memastikan bahwa benda-benda itu masuk kategori cagar budaya. "Jika belum, harus dilakukan penelitian dulu sebelum SPSP mengusulkan kepada pemerintah pusat agar menerbitkan SK tersebut. Jadi, prosesnya lama sekali," kata Dendi. Nah, tidak semua benda asal Toraja punya SK penguat seperti ini.<br />
<br />
Perangkat hukum negara yang lemah ini masih ditambah lagi dengan tak berjalannya mekanisme hukum adat di Toraja sendiri. Menurut Tanete, dulu pencuri mayat bisa dihukum mati secara adat dengan cara ditenggelamkan di sungai. Entah mengapa, saat ini hukuman itu tidak pernah lagi diberlakukan. Sementara itu, godaan bagi warga Toraja untuk mencuri mayat juga tak berkurang. Kemiskinan yang mengimpit penduduk menjadikan pencurian mayat jadi solusi untuk memperoleh uang. "Pesta kematian yang berbiaya tinggi juga menimbulkan utang bagi keluarga. Ini menjadi beban hingga beberapa turunan," kata Tanete.<br />
<br />
Pencurian mayat di Tana Toraja kini ibarat persoalan yang berpusing dalam labirin tanpa ujung. Bahkan di puya-nirwana tempat segala kehidupan akan berakhir dengan bahagia-mayat-mayat kuno Toraja kian sulit menemukan ketenangan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;">Arif Zulkifli, Tomi Lebang (Toraja), Dwi Arjanto (Jakarta), L.N. Idayanie (Yogyakarta) </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;"></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;">Sumber : <a href="http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/06/25/SEL/mbm.20010625.SEL81066.id.html" style="color: blue;">Arsip Majalah Tempo Interaktif</a><span style="color: blue;"> & </span><a href="http://www.torajacybernews.com/" style="color: blue;">Toraja Cyber News</a></span></div><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;"><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B003WTE886&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B00442OCYK&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B003GAMPWM&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B002Y27P3M&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B002ZG981E&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B000JQU1VS&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: small;"> </span><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"></span></span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-43466954489421310902010-12-14T19:25:00.002+07:002010-12-21T11:11:20.561+07:00PASOLA, Tradisi Unik Perang Tarkam di Pulau Sumba, NTT<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie8BCYQUlhxRI5Su5fWDxOTgeHgNKU6IMG5iqsjBILt4jnY0s7W5J9N6hfADSbqTde8we1lDiDSkurZJI5hfD3i2DghdsCH4_ZtkuLfu7-RYASfqZhtOK1X3_kbrMfJerVzD4280MaZLE/s1600/pasola_sumba2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie8BCYQUlhxRI5Su5fWDxOTgeHgNKU6IMG5iqsjBILt4jnY0s7W5J9N6hfADSbqTde8we1lDiDSkurZJI5hfD3i2DghdsCH4_ZtkuLfu7-RYASfqZhtOK1X3_kbrMfJerVzD4280MaZLE/s320/pasola_sumba2.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
<div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jika ada kesempatan berkunjung ke Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, jangan lewatkan kesempatan menyaksikan sebuah tradisi turun temurun bernama Tradisi Pasola. Pasola adalah tradisi permainan perang-perangan yang dilakukan oleh masyarakat penganut agama Marapu di Pulau Sumba. Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok pasukan berkuda (tiap kelompok jumlahnya 100 orang) yang masing-masing bersenjatakan lembing atau tongkat kayu. </span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Istilah 'Pasola' sendiri berasal dari kata 'sola' atau 'hola' yang berarti tombak atau lembing kayu. Setelah mendapat imbuhan 'pa' menjadi 'pasola' atau 'pahola'. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti sejak kapan Pasola mulai dimainkan oleh masyarakat setempat. </span> </div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrPBQYNaqmzmsVwo9EDPzaZlQRpAEaZuw5gTZ9zAkLzzmzcGVStB_lK4sbbumKIEz6lm0_MCKOe8KLPAWOhiBjKT1nzCcKNf5AQ953yqupt91azKvHbN6rJTqCFVW6MYjRKHQRbaDb_io/s1600/pasola-festival.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrPBQYNaqmzmsVwo9EDPzaZlQRpAEaZuw5gTZ9zAkLzzmzcGVStB_lK4sbbumKIEz6lm0_MCKOe8KLPAWOhiBjKT1nzCcKNf5AQ953yqupt91azKvHbN6rJTqCFVW6MYjRKHQRbaDb_io/s1600/pasola-festival.jpg" /></a></div><span style="font-size: small;"><br />
</span> <br />
<div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pasola ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar supaya panen tahun tersebut berhasil dengan baik. Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul. Walaupun tombak tersebut tumpul,<iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=0307590615&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe> pasola kadang-kadang memakan korban bahkan korban jiwa. Tapi tidak ada dendam dalam pasola, kalau masih penasaran silakan tunggu sampai pasola tahun depannya. Kalau ada korban dalam pasola, menurut kepercayaan Marapu, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span> </div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Pasola, Tragedi Asmara di Padang Savana</b><br />
Membedah pulau Sumba terbesit pesan Sumba adalah pulaunya para arwah. Di setiap sudut kota dan kampungnya tersimpan persembahan dan pujian para abdi. Nama Sumba atau Humba berasal dari nama ibu model Rambu Humba, istri kekasih hati Umbu Mandoku, salah satu peletak landasan suku-suku atas kabisu-kabisu Sumba.</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSe6OhDr_r9yfWW-h454VYGmEgrRcH3LClRJTRgeiOjLQXYBDwuwuy3d1Kj9I8w2Qrmy5n-qjsd4aU5gkjMumnA-QxqusrcpLlE8uokmFEWcmZaKbn82FsZjPlUtt_WJ5TnS_CQZwsr9g/s1600/pasola-sumba.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSe6OhDr_r9yfWW-h454VYGmEgrRcH3LClRJTRgeiOjLQXYBDwuwuy3d1Kj9I8w2Qrmy5n-qjsd4aU5gkjMumnA-QxqusrcpLlE8uokmFEWcmZaKbn82FsZjPlUtt_WJ5TnS_CQZwsr9g/s320/pasola-sumba.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-size: small;"><br />
Dua pertiga penduduknya adalah pemeluk yang khusuk berbakti kepada arwah para leluhurnya, khususnya kepada bapak besar bersama, sang pengasal semua suku. Marapu menurut petunjuk dan perhitungan para Rato, Pemimpin Suku dan Imam agung para Merapu. Altar megalik dan batu kuburan keramat yang menghias setiap jantung kampung dan dusun (paraingu) adalah bukti pasti akan kepercayaan animisme itu.<br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Sumba, pulau padang savana yang dipergagah kuda-kuda liar yang kuat yang tak kenal lelah menjelajah lorong, lembah dan pulau berbatu warisan leluhur. Binatang unggulan tingkatan mondial itu semakin merambah maraknya perang akbar pasola, perang melempar lembing kayu sambil memacu kuda, untuk menyambut putri nyale, si putri cantik yang menjelma diri dalam ujud cacing laut yang nikmat gurih.</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span> <span style="font-size: small;">Pasola berasal dari kata `sola’ atau `hola’, yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa’ (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola diselenggarakan di Sumba Barat setahun sekali pada bulan Februari di Kodi dan Lamboya. Sedangkan bulan Maret di Wanokaka. Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari kedua kelompok yang bertanding dan oleh masyarakat umum. </span><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sedangkan peserta permainan adalah pria pilih tanding dari kedua Kabius yang harus menguasai dua keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dan melempar lembing (hola). Pasola biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka pesta nyale.</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B003GAMPWM&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Skandal Janda Cantik</b><br />
Menelurusi asal-usulnya, pasola berasal dari skandal janda cantik jelita, Rabu Kaba sebagaimana dikisahkan dalam hikayat orang Waiwuang. Alkisah ada tiga bersaudara: Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri dan Umbu Dula memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka hendak melaut. Tapi nyatanya mereka pergi ke selatan pantai Sumba Timur untuk mengambil padi. Setelah dinanti sekian lama dan dicari kian ke mari tidak membuahkan hasil, warga Waiwuang merasa yakin bahwa tiga bersaudara pemimpin mereka itu telah tiada. Mereka pun mengadakan perkabungan dengan belasungkawa atas kepergian kematian para pemimpin mereka.</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvhdoJsoT4D9yB7h1TNqpsH_Rq1ahiExc9wkt5f1GoaHYcofcge8e3HQLLNWNfT7S_a9NC3X_HdkFRXYhuCYPVhBcG9bbFId-wb3a0IS2-P8dTtKv9q90t2Jqb4w9M9slc3wOSrrRbnPw/s1600/Pasola3.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="191" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvhdoJsoT4D9yB7h1TNqpsH_Rq1ahiExc9wkt5f1GoaHYcofcge8e3HQLLNWNfT7S_a9NC3X_HdkFRXYhuCYPVhBcG9bbFId-wb3a0IS2-P8dTtKv9q90t2Jqb4w9M9slc3wOSrrRbnPw/s320/Pasola3.JPG" width="320" /></a></div><span style="font-size: small;"><br />
Dalam kedukaan mahadahsyat itu, janda cantik jelita `almarhum’ Umbu Dulla, Rabu Kaba mendapat lapangan hati Rda Gaiparona, si gatotkaca asal Kampung Kodi. Mereka terjerat dalam asmara dan saling berjanji menjadi kekasih. </span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">Namun adat tidak menghendaki perkawinan mereka. Karena itu sepasang anak manusia yang tak mampu memendam rindu asmara ini nekat melakukan kawin lari. Janda cantik jelita Rabu Kaba diboyong sang gatot kaca Teda Gaiparona ke kampung halamannya. Sementara ketiga pemimpin warga Waiwuang kembali ke kampung. Warga Waiwuang menyambutnya dengan penuh sukacita. Namun mendung duka tak dapat dibendung tatkala Umbu Dulla menanyakan perihal istrinya. ‘Yang mulia Sri Ratu telah dilarikan Teda Gaiparona ke Kampung Kodi,’ jawab warga Waiwulang pilu. Lalu seluruh warga Waiwulang dikerahkan untuk mencari dua sejoli yang mabuk kepayang itu. Keduanya ditemukan di kaki gunung Bodu Hula.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang di kaki gunung Bodu Hula namun Rabu Kaba yang telah meneguk madu asmara Teda Gaiparona dan tidak ingin kembali. Ia meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. </span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">Pada akhir pesta pernikahan keluarga, Teda Gaiparona berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik Rabu Kaba. Atas dasar hikayat ini, setiap tahun warga kampung Waiwuang, Kodi dan Wanokaka Sumba Barat mengadakan bulan (wula) nyale dan pesta pasola.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Akar pasola yang tertanam jauh dalam budaya masyarakat Sumba Barat menjadikan pasola tidak sekadar keramaian insani dan menjadi terminal pengasong keseharian penduduk. Tetapi menjadi satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur. Pasola adalah perintah para leluhur untuk dijadikan penduduk pemeluk Marapu. Karena itu pasola pada tempat yang pertama adalah kultus religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Hal ini sangat jelas pada pelaksanaan pasola, pasola diawali dengan doa semadhi dan Lakutapa (puasa) para Rato, foturolog dan pemimpin religius dari setiap kabisu terutama yang terlibat dalam pasola.</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
<iframe align="left" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=lapatau-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B002Y27P3M&fc1=000000&IS2=1&lt1=_blank&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=000000&bg1=FFFFFF&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe>Sedangkan sebulan sebelum hari H pelaksanaan pasola sudah dimaklumkan bulan pentahiran bagi setiap warga Paraingu dan pada saat pelaksanaan pasola, darah yang tercucur sangat berkhasiat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panenan. Bila terjadi kematian yang disebabkan oleh permainan pasola, dipandang sebagai bukti pelanggaran atas norma adat yang berlaku, termasuk bulan pentahiran menjelang pasola. Pada tempat kedua, pasola merupakan satu bentuk penyelesaian krisis suku melalui `bellum pacificum’ perang damai dalam permainan pasola. </span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Peristiwa minggatnya janda Rabu Kaba dari Keluarga Waiwuang ke keluarga Kodi dan beralih status dari istri Umbu Dulla menjadi istri Teda Gaiparona bukanlah peristiwa nikmat. Tetapi peristiwa yang sangat menyakitkan dan tamparan telak di muka keluarga Waiwuang dan terutama Umbu Dulla yang punya istri. Keluarga Waiwuang sudah pasti berang besar dan siap melumat habis keluarga Kodi terutama Teda Gaiparona. Keluarga Kodi sudah menyadari bencana itu. Lalu mencari jalan penyelesaian dengan menjadikan seremoni nyale yang langsung berpautan dengan inti penyembahan kepada arwah leluhur untuk memohon doa restu bagi kesuburan dan sukses panen, sebagai keramaian bersama untuk me</span>lupakan k<span style="font-size: small;">esedihan karena ditinggalkan Rabu Kaba. </span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada tempat ketiga, pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat umum. Permainan jenis apa pun termasuk pasola selalu menjadi sarana sosial ampuh. Apalagi bagu kedua kabisu yang terlibat secara langsung dalam pasola. Selama pasola berlangsung semua peserta, kelompok pendukung dan penonton diajak untuk tertawa bersama, bergembira bersama dan bersorak-sorai bersama sambil menyaksikan ketangkasan para pemain dan ringkik pekikan gadis-gadis pendukung kubu masing-masing. Karena itu pasola menjadi terminal pengasong keseharian penduduk dan tempat menjalin persahabatan dan persaudaraan. Sebagai sebuah pentas budaya sudah pasti pasola mempunyai pesona daya tarik yang sangat memukau. Olehnya pemerintah turut mendukung dengan menjadikan pasola sebagai salah satu ‘mayor event’.</span></div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="http://sumbaisland.com/about-sumba/pasola-sumba/" style="color: blue;">sumbaisland</a> &<span style="color: blue;"> </span><a href="http://www.mediaindonesia.com/mediatravelista/index.php/read/2010/03/11/440/2/Pasola-Atraksi-Menarik-di-Sumba-Barat" style="color: blue;">mediaindonesia</a></span> </span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-60254739946388439182010-12-14T18:22:00.003+07:002010-12-14T19:37:17.118+07:00Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisWRXLHG3iLhxBgGPe3okFyhPciV31p2BOYspErUoc_BHyRSmg5Za1cwTlaN62AM29GmUqoS9k4aQvHNN3hV7jk9-0fhE_an9otM680zHCF2nhho89xZW7RrgsBr_Q8YB5QvDq-1r_OLo/s1600/manupeu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisWRXLHG3iLhxBgGPe3okFyhPciV31p2BOYspErUoc_BHyRSmg5Za1cwTlaN62AM29GmUqoS9k4aQvHNN3hV7jk9-0fhE_an9otM680zHCF2nhho89xZW7RrgsBr_Q8YB5QvDq-1r_OLo/s320/manupeu.jpg" width="217" /></a></div><div style="text-align: justify;">Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru merupakan perwakilan hutan musim semi-peluruh dataran rendah yang tersisa di Sumba. Sebagian besar kawasan hutan di taman nasional tersebut berupa tebing-tebing terjal, yang muncul mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 600 meter. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div></div><div style="text-align: justify;">Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru memiliki keanekaragaman jenis bernilai tinggi yaitu sekitar 118 jenis tumbuhan diantaranya suren (<i>Toona sureni</i>), taduk (<i>Sterculia foetida</i>), kesambi (<i>Schleichera oleosa</i>), pulai (<i>Alstonia scholaris</i>), asam (<i>Tamarindus indica</i>), kemiri (<i>Aleurites moluccana</i>), jambu hutan (<i>Syzygium </i>sp.), cemara gunung (<i>Casuarina </i>sp.), dan lantana (<i>Lantana camara</i>).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA1LtSQ-YqpCwzH3OQiPIeIRMW4M7zgknh5x3WEfSa1dcC2PoW1Uh3CMCGdx87UqF5nRQDq_Xxilxc1ndwMEZ0oJimLptuqXRTttSxcxyM5u11z7i9sh0CiAdDNntx4vcwe9QYAD2b-8s/s1600/peta_manupeu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA1LtSQ-YqpCwzH3OQiPIeIRMW4M7zgknh5x3WEfSa1dcC2PoW1Uh3CMCGdx87UqF5nRQDq_Xxilxc1ndwMEZ0oJimLptuqXRTttSxcxyM5u11z7i9sh0CiAdDNntx4vcwe9QYAD2b-8s/s320/peta_manupeu.jpg" width="280" /></a></div><div style="text-align: justify;">Satwa yang ada pada kawasan taman nasional ini sebanyak 87 jenis burung termasuk 7 jenis endemik pulau Sumba yaitu kakatua cempaka (<i>Cacatua sulphurea citrinocristata</i>), julang Sumba (<i>Rhyticeros everetti</i>), punai Sumba (<i>Treron teysmannii</i>), sikatan Sumba (<i>Ficedula harterti</i>), kepodang-sungu Sumba (<i>Coracina dohertyi</i>), dan madu Sumba (<i>Nectarinia buettikoferi</i>). Burung julang sumba dan kakatua cempaka merupakan burung yang paling langka dan terancam punah khususnya di Pulau Sumba.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru memiliki 57 jenis kupu-kupu termasuk tujuh endemik Pulau Sumba yaitu <i>Papilio neumoegenii, Ideopsis oberthurii, Delias fasciata, Junonia adulatrix, Athyma karita, Sumalia chilo</i>, dan <i>Elimnia amoena</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Manupeu-Tanah Daru belum lama ditunjuk sebagai Taman Nasional, sehingga fasilitas untuk pengunjung masih sangat terbatas. Fasilitas yang tersedia berupa homestay yang dikelola oleh masyarakat sekitar taman nasional. Sebagian besar wisatawan yang datang ke taman nasional ini umumnya terkait dengan waktu luang yang tersisa dari perjalanan wisata budaya di Pulau Sumba.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lokasi yang menarik untuk dikunjungi:</div><ul><li> Matayangu dan Lapopu. Air terjun yang terletak di Desa Waimanu dan Desa Katikutana.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Beberapa atraksi budaya di Pulau Sumba antara lain:</div><ul><li> Waikabubak yang berdekatan dengan Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru banyak dijumpai kuburan kuno yang diukir. Kuburan kuno tersebut merupakan simbol dan status sosial serta kesehatan masyarakat (Kadung Tana, Watu Karagata dan Bulu Peka Mila). </li>
</ul><ul><li> <a href="http://olandlapatau.blogspot.com/2010/12/pasola-tradisi-unik-perang-tarkam-di.html" style="color: blue;">Pasola</a>, merupakan atraksi ritual yang sangat menarik dan menegangkan, karena terlihat beberapa orang menaiki kuda yang dihias warna-warni, saling menyerang untuk merobohkan satu dengan lainnya dengan tombak kayu. Atraksi tersebut diselenggarakan pada bulan Februari di Lamboya dan Kodi, bulan Maret di Gaura dan Wanukaka.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Juni dan Oktober s/d Desember setiap tahunnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Cara pencapaian lokasi:</b> Kupang-Waingapu dengan menggunakan pesawat terbang sekitar satu jam, kemudian dari Waingapu-Lewa-Waikabubak melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat selama sekitar dua jam, yang dilanjutkan ke lokasi taman nasional (Desa Langgaliru, Desa Katiku Loku dan Desa Watumbelar).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: right;">Kantor: Jl. Perintis_Kemerdekaan<br />
PO Box 15, Kupang 85228<br />
Nusa Tenggara Timur<br />
Telp. (0380) 832211</div><div style="text-align: justify;">Sumber : <a href="http://www.dephut.go.id/Informasi/TN%20Indo-English/tn_manupeu.htm" style="color: blue;">dephut.go.id</a> </div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-33093690972105624002010-12-14T18:05:00.000+07:002010-12-14T18:05:25.651+07:00Taman Nasional Kelimutu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBWxY7LfF1AWlSt4wBr31jRPRQDSEdLZ0YDdjjjhJeF2Htsg8NRuXxzHIWhlHaRmp-PeqDDh6NHNE8FJ_aqm_Slct1eVqwBvhIftnswVV23OoholR1uZyh7LWEQCBa9rEciOxXyr5Xhyphenhyphenw/s1600/kelimutu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBWxY7LfF1AWlSt4wBr31jRPRQDSEdLZ0YDdjjjhJeF2Htsg8NRuXxzHIWhlHaRmp-PeqDDh6NHNE8FJ_aqm_Slct1eVqwBvhIftnswVV23OoholR1uZyh7LWEQCBa9rEciOxXyr5Xhyphenhyphenw/s320/kelimutu.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Taman Nasional Kelimutu memiliki topografi daerah yang bergelombang mulai ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai bergunung-gunung. </div><div> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beberapa tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kelimutu antara lain kayu mata (<em>Albizia montana</em>), kebu (<em>Homalanthus giganteus</em>), tokotaka (<em>Putranjiva roxburghii</em>), uwi rora (<em>Ardisia humilis</em>), longgo baja (<em>Drypetes subcubica</em>), toko keo (<em>Cyrtandra </em>sp.), kayu deo (<em>Trema cannabina</em>), dan kelo (<em>Ficus villosa</em>). </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Taman Nasional Kelimutu merupakan habitat sekitar 19 jenis burung yang terancam punah diantaranya punai Flores (<em>Treron floris</em>), burung hantu wallacea (<em>Otus silvicola</em>), sikatan rimba-ayun (<em>Rhinomyias oscillans</em>), kancilan Flores (<em>Pachycephala nudigula</em>), sepah kerdil (<em>Pericrocotus lansbergei</em>), tesia Timor (<em>Tesia everetti</em>), opior jambul (<em>Lophozosterops dohertyi</em>), opior paruh tebal (<em>Heleia crassirostris</em>), cabai emas (<em>Dicaeum annae</em>), kehicap Flores (<em>Monarcha sacerdotum</em>), burung madu matari (<em>Nectarinia solaris</em>), dan elang Flores (<em>Spizaetus floris</em>).</div><div style="text-align: justify;"> <br />
Dari empat jenis mamalia endemik taman nasional ini, yang sering dijumpai adalah dua tikus gunung <em>Bunomys naso </em>dan <em>Rattus hainaldi</em>.Di taman nasional ini dapat dijumpai beberapa satwa seperti banteng (<em>Bos javanicus javanicus</em>), kijang (<em>Muntiacus muntjak nainggolani</em>), luwak (<em>Pardofelis marmorata</em>), trenggiling (<em>Manis javanica</em>), landak (<em>Hystrix brachyura brachyura</em>), dan kancil (<em>Tragulus javanicus javanicus</em>). </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipwh5SkOvQTtLavFi0y-LGhWpOqlozDka-6_JQsvYVwUSB4HyoLPi6ncTxHWLwro2J9hYZrrE1RMxU3IRtK0a8vY_mZEqXZIFjFR-leWcL3KVrlWxRAuJ-ugN6y8KPJJO8xdOIwr1JmkQ/s1600/peta_kelimutu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipwh5SkOvQTtLavFi0y-LGhWpOqlozDka-6_JQsvYVwUSB4HyoLPi6ncTxHWLwro2J9hYZrrE1RMxU3IRtK0a8vY_mZEqXZIFjFR-leWcL3KVrlWxRAuJ-ugN6y8KPJJO8xdOIwr1JmkQ/s320/peta_kelimutu.jpg" width="280" /></a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan biota laut yang berada di sekitar Pulau Menjangan dan Tanjung Gelap terdiri dari 45 jenis karang diantaranya <em>Halimeda macroloba</em>, <em>Chromis </em>spp., <em>Balistes </em>spp., <em>Zebrasoma </em>spp., dan <em>Ypsiscarus ovifrons</em>; 32 jenis ikan diantaranya ikan bendera (<em>Platax pinnatus</em>), ikan sadar (<em>Siganus lineatus</em>), dan barakuda (<em>Sphyraena jello</em>); 9 jenis molusca laut diantaranya kima selatan (<em>Tridacna derasa</em>), triton terompet (<em>Charonia tritonis</em>), dan kima raksasa (<em>Tridacna gigas</em>). </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Selain memiliki keanekaragaman hayati yang cukup bernilai tinggi, juga memiliki keunikan dan nilai astetika yang menarik yaitu dengan adanya tiga buah danau berwarna dan berada di puncak Gunung Kelimutu (1.690 meter dpl). Danau pertama bernama Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para orang), danau kedua bernama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) dan danau ketiga bernama Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung). Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 1,5 km di bagian Barat. Warna air dari ketiga danau tersebut berbeda satu sama lain dan selalu berubah dari waktu ke waktu terutama warna air Tiwu Nuwa Muri (duabelas kali perubahan dalam jangka waktu duapuluh lima tahun). Selain disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Kelimutu, perubahan warna ini diduga akibat adanya pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan akibat pantulan warna dinding dan dasar dana. <div align="justify"><br />
</div><div align="justify">Kekayaan alam yang dimiliki Taman Nasional Kelimutu ditunjang oleh seni budaya berupa rumah adat, tarian tradisional dan kerajinan tenun ikat yang merupakan ciri khas masyarakat setempat. Pembuatan tenun ikat sangat menarik perhatian pengunjung, karena didasari oleh seni dan imajinasi yang sangat tinggi dan berbeda dengan pembuatan tenun ikat lainnya di Indonesia.</div> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Cara pencapaian lokasi:</strong> Menggunakan pesawat terbang Kupang-Ende selama sekitar 40 menit atau Bima-Ende selama sekitar 90 menit. Selanjutnya dari Ende ke desa terdekat yaitu Desa Koanara sekitar 93 km (± 3 jam). Kemudian dari Desa Koanara-Desa Koposili-Desa Manakuko-Puncak Danau Kelimutu berjalan kaki sekitar 2,5 jam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="http://www.dephut.go.id/Informasi/TN%20Indo-English/tn_kelimutu.htm" style="color: blue;">dephut.go.id</a></span> </div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-26652061397759536252010-12-12T23:54:00.000+07:002010-12-12T23:54:51.101+07:00Uang Kampua, Sistem Pembayaran dari Buton<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhirv6g53cZ6doU2yqS0F5Igc6xfraznncHBZPU9ezqSCR862F4V9e3-iZ_LdbzGwlzbydMNgvLKUIvqQ6I0Tnf8SNeYiM9aids6txObnmT7E20X3tMshp8Hs9Iy4e4BXfMoZjtAqJv8TY/s1600/1450115p.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhirv6g53cZ6doU2yqS0F5Igc6xfraznncHBZPU9ezqSCR862F4V9e3-iZ_LdbzGwlzbydMNgvLKUIvqQ6I0Tnf8SNeYiM9aids6txObnmT7E20X3tMshp8Hs9Iy4e4BXfMoZjtAqJv8TY/s1600/1450115p.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Sering kali orang mengidentikkan Museum Nasional dengan arca. Dulu, memang yang dominan di museum ini adalah arca batu. Koleksi-koleksi inilah yang pertama kali dilihat oleh pengunjung, setelah mereka membeli tiket masuk. Tidak heran bila kemudian Museum Nasional sering disebut Gedung Arca. Namun sesungguhnya, koleksi-koleksi Museum Nasional amat beragam. Banyak kekayaan budaya dari berbagai daerah terlestarikan di sini. Salah satu di antaranya adalah uang kampua atau bida. Boleh dibilang koleksi ini merupakan masterpiece ruang Numismatik dan Heraldik sampai sekarang.<br />
<br />
Dibandingkan mata uang yang beredar sekarang, bentuk uang kampua sangat unik dan bisa dibilang langka. Uang ini dibuat dengan keterampilan tangan, bahannya adalah kain katun berukuran panjang 140 mm dan lebar 170 mm. Cara pembuatannya bukan dicetak tapi ditenun oleh putri-putri istana atau kalangan kerajaan. Mata uang yang berada di Museum Nasional berasal dari abad ke-19 di Kerajaan Buton, Sulawesi Tenggara. Kemungkinan kampua merupakan uang tertua di Pulau Sulawesi. Selain di Buton, kampua juga pernah diberlakukan di Bone, Sulawesi Selatan, dengan bahan serat kayu. Menurut cerita, kampua diciptakan pertama kali oleh Ratu Buton yang kedua, Bulawambona. Dia memerintah sekitar abad ke-14.</div><br />
<strong>Diawasi ketat</strong><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Keunikan lain uang kampua sistem pengawasannya yang mirip-mirip pengawasan bank sentral di masa modern. Agar terkendali peredarannya, maka jumlah dan corak uang ini ditentukan oleh “BI-nya” Buton, yang dipimpin Menteri Besar Kerajaan yang disebut Bonto Ogena. Dialah yang melakukan pengawasan dan pencatatan atas setiap lembar kain kampua, baik yang telah selesai ditenun maupun yang sudah dipotong-potong.<br />
<br />
Pengawasan oleh Bonto Ogena juga dimaksudkan agar tidak timbul pemalsuan. Karena itu, hampir setiap tahun motif dan corak kampua selalu berubah. Hukum di sana memang sangat ketat dan berat. Barang siapa yang ketahuan membuat atau memalsukan uang kampua akan dipancung. Standar pemotongan kain kampua adalah dengan mengukur lebar dan panjangnya, yakni empat jari untuk lebarnya dan sepanjang telapak tangan mulai dari tulang pergelangan tangan sampai ke ujung jari tangan, untuk panjangnya. Tangan yang dipakai sebagai alat ukur adalah tangan sang Bonto Ogena sendiri.<br />
<br />
Mata uang kampua banyak digunakan pada masa pemerintahan Sultan Dayan pada abad ke-14. Tapi diyakini pembuatannya sudah dilakukan pada pemerintahan raja sebelumnya. Disayangkan, informasi yang akurat belum ditemukan. Kampua menjadi populer karena Sultan Dayan memerintahkan agar setiap transaksi menggunakan mata uang tersebut. Barang siapa yang ketahuan menggunakan mata uang lain, akan dihukum mati.<br />
<br />
Pada awal pembuatannya, standar yang dipakai sebagai nilai tukar untuk satu bida (lembar) kampua adalah sama dengan nilai satu butir telur ayam. Setelah Belanda memasuki wilayah Buton, kira-kira tahun 1851, fungsi kampua sebagai alat tukar lambat laun mulai digantikan uang-uang buatan Kompeni. Ditetapkan bahwa nilai tukar untuk 40 lembar kampua sama dengan 10 sen duit tembaga, atau setiap empat lembar kampua mempunyai nilai sebesar satu sen. Walaupun demikian, kampua tetap digunakan pada desa-desa tertentu di Kepulauan Buton sampai tahun 1940. Kita termasuk beruntung karena beberapa museum masih memiliki koleksi uang kampua kuno dengan berbagai corak dan ragam. Selain di Museum Nasional, koleksi uang kampua juga dimiliki Museum Bank Indonesia Jakarta Kota dan Museum Mpu Tantular Surabaya. <strong> </strong></div><div style="text-align: justify;"><strong> </strong></div><span style="font-size: x-small;">Oleh : Djulianto Susantio, seorang pemerhati budaya</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="http://www1.kompas.com/readkotatua/xml/2010/10/05/14541150/Uang.Kampua..Sistem.Pembayaran.dari.Buton-14" style="color: blue;">kompas.com</a></span>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-21502322220649999082010-12-12T22:10:00.000+07:002010-12-12T22:10:30.505+07:00Aluk Todolo, Kepercayaan Kepada Leluhur Masyarakat Toraja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-HbNhwzMLeAt6_kH9UWFJe-whJUJI6k9M9NGAJtZWnuk96bMMfLkRRxgaw_4DC7nWRVvYfeJeEqpVVfE4RtUl-aNSzUp41UtXfP_AGSyOchrrKwD0xoN011IE3e6apZtMp_9JHnCFS9U/s1600/TOR_tongkonan_houses.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-HbNhwzMLeAt6_kH9UWFJe-whJUJI6k9M9NGAJtZWnuk96bMMfLkRRxgaw_4DC7nWRVvYfeJeEqpVVfE4RtUl-aNSzUp41UtXfP_AGSyOchrrKwD0xoN011IE3e6apZtMp_9JHnCFS9U/s320/TOR_tongkonan_houses.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tak ada aturan tertulis mengenai Aluk Todolo, kepercayaan kepada leluhur warga Dusun Kanan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kepercayaan mereka diturunkan secara lisan, turun-temurun, dan mengikat kehidupan sehari-hari. Namun, warga mematuhi aturan itu dan rela menjalani hukuman jika ketahuan melanggar Penganut Aluk Todolo wajib menyembah dan memuliakan leluhurnya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk dan sikap hidup serta ungkapan ritual.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;">"Penganut Aluk Todolo relatif terbuka terhadap modernisasi dan dunia luar. Mereka meyakini, aturan yang dibuat leluhurnya akan memberikan rasa aman, mendamaikan, menyejahterakan, serta memberi kemakmuran warga," kata Musni Lampe, pengajar antropologi di Universitas Hasanuddin, Makassar. Walau terbuka bagi agama luar, warga sepakat, yang telah menganut selain Aluk Todolo wajib keluar dari Dusun Kanan. Tentu saja mereka tetap boleh berkunjung ke sana, tapi tak dapat tinggal lama.</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSw-d38sDqBHnE6dGTEdHWtf45sw14O4hvXf70O5Ytiq1xVf_a1REefl-LFJL53jtnP8LL7k3cE-P6yh8-6-Jx8QndrqU44aLn-uWEs0bCKFeanbcWm_uLBAUiIbcS5CaKMvZILgJ4GSc/s1600/ukir.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSw-d38sDqBHnE6dGTEdHWtf45sw14O4hvXf70O5Ytiq1xVf_a1REefl-LFJL53jtnP8LL7k3cE-P6yh8-6-Jx8QndrqU44aLn-uWEs0bCKFeanbcWm_uLBAUiIbcS5CaKMvZILgJ4GSc/s1600/ukir.jpg" /></a></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;">Di luar penganut Aluk Todolo, sekalipun bangsawan dan memiliki banyak uang, mereka tidak boleh dikuburkan dengan ritual pa'tomate, upacara penguburan jenazah khas dusun itu. Penganut Aluk Todolo menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Mereka begitu tegas menerapkan aturan leluhur. Berani melanggar berarti bakal menyengsarakan warga dusun, misalnya mendatangkan petaka gagal panen. Semua kesalahan dan kecurangan berhadapan dengan hukum dan hal itu berlaku bagi semua, termasuk keluarga dekat, saudara jauh, atau pendatang.</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><br />
<div style="text-align: justify;">Penegakan aturan itu begitu ketat dalam pelaksanaan pa'tomate. Selama berlangsungnya pa'tomate Uyung Kariwangan, generasi terakhir parenge (bangsawan) Pana asli Dusun Kanan, warga tidak boleh berhura-hura, seperti berjudi dan bermain kartu. Jika ketahuan, mereka harus membayar denda berupa babi atau uang senilai harga babi. Itu terjadi saat pa'tomate berlangsung baru-baru ini. Empat pria tertangkap tangan bermain kartu dan mereka diwajibkan membayar denda tujuh babi.</div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitWn6THJgiSrPRfou3O85pTMl4NnEbo98ekeeXjbrcfWV8jfE4jw0hD99QPMYfUrHKZ0ii5JdzPth8OZpM4Gw0rNUJ2dvX23VxNc7KOPZWLoLFl6Fd-K2NRHDmmVU9fUZULty_IUdxPzk/s1600/peta.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitWn6THJgiSrPRfou3O85pTMl4NnEbo98ekeeXjbrcfWV8jfE4jw0hD99QPMYfUrHKZ0ii5JdzPth8OZpM4Gw0rNUJ2dvX23VxNc7KOPZWLoLFl6Fd-K2NRHDmmVU9fUZULty_IUdxPzk/s320/peta.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Selama jenazah belum dikuburkan, seluruh keluarga, warga dusun, dan pelaku ritual tidak boleh makan nasi beras sebagai tanda ikut berdukacita atas kepergian orang yang dikasihi. Mereka hanya boleh memakan nasi jagung. Mereka baru akan makan nasi beras lagi jika ritual pa'tomate berakhir, sehari seusai upacara penguburan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aturan lainnya, selama prosesi pembungkusan jenazah, mereka yang tinggal di rumah almarhum tidak boleh memasak semua jenis sayuran. Jika dilanggar, jenazah akan membusuk dan baunya melekat. Bahkan, selama proses itu berlangsung, tidak ada seorang pun yang boleh meludah di dekat jenazah. Jika melanggar, kekuatan mistik untuk mengawetkan jenazah guna mencegah busuk akan hilang. Mereka yang nekat melanggar akan sakit. Setelah mayat dikuburkan, mereka yang mengikuti proses pemakaman ke liang lahad wajib kembali ke rumah duka sebelum pulang ke rumah masing-masing. Yang melanggar akan mendapat kecelakaan dalam perjalanan. Untuk menghindari pelanggaran, berulang-ulang aturan itu diumumkan hingga sebelum jenazah diberangkatkan ke makam. Jika ada warga yang lupa dengan aturan tersebut, dia harus segera didoakan sesepuh pemimpin prosesi ritual.</div><br />
<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4iPC1UdzOZcEh4mRxpDyG5EVaWS_2rZ-lBKN41OiYoNP6a7ooxkEqEO9M3L6LEF4Y-qB2blxeT8JTwXqnkBIzKBLtHrTge89Lb_-PPCBMtQ4i-4murXHWsLeZ4LjoDFG9_E525JbJ2aQ/s1600/tenun.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="147" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4iPC1UdzOZcEh4mRxpDyG5EVaWS_2rZ-lBKN41OiYoNP6a7ooxkEqEO9M3L6LEF4Y-qB2blxeT8JTwXqnkBIzKBLtHrTge89Lb_-PPCBMtQ4i-4murXHWsLeZ4LjoDFG9_E525JbJ2aQ/s320/tenun.jpg" width="320" /></a>Secara geografis, Dusun Kanan berada di ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut. Daerahnya cantik, bergunung, berbukit, dengan lembah nan hijau. Lokasinya 163 kilometer dari Mamuju, ibu kota Sulawesi Barat, 83 kilometer dari Polewali Mandar, atau 328 kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrVYE5bpIEa1SqOa_uVvhUKoVEDa9D2j47AARCdaKt1E6JcmPB03Pf6wlhJ_zL599Vo4E9cLUkNt0BzQYVaFqhnhfRxg16creQ74y4lTq_68ifu3VF6XUzFfZGeIPa3vGADZ4LewVIkOM/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrVYE5bpIEa1SqOa_uVvhUKoVEDa9D2j47AARCdaKt1E6JcmPB03Pf6wlhJ_zL599Vo4E9cLUkNt0BzQYVaFqhnhfRxg16creQ74y4lTq_68ifu3VF6XUzFfZGeIPa3vGADZ4LewVIkOM/s1600/images.jpg" /></a> Malam hari, suhu di daerah yang berpenduduk 80 orang itu ini 12-17 derajat celsius. Itu sebabnya penduduk senang membungkus tubuhnya dengan sambu, sarung asal Simbuang. Meski Dusun Kanan menawan, transportasi ke sana sulit. Untuk mencapai kawasan itu pun hanya ada jalan kecil, berkelok, dan licin. Di kanan-kiri jalan jurang menganga. Kompas terpaksa menyewa ojek motor Rp 120.000 untuk jarak 11 kilometer menuju Dusun Kanan. Secara administratif, Dusun Kanan berada di Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Namun, adat istiadatnya lebih banyak mendapat pengaruh kebudayaan Mamasa (dulu Toraja Barat).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aluk Todolo adalah kepercayaan masyarakat Mamasa sebelum agama samawi masuk ke daerah itu. Aluk berarti 'aturan', todolo berarti 'nenek moyang'. Andai warga Indonesia lainnya mau meniru kepatuhan warga Dusun Kanan, mungkin negeri ini akan menjadi lebih baik. Semua penduduk setara di mata hukum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Oleh Pinkan Elita Dundu</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="http://tanahair.kompas.com/read/2010/09/02/22251080/Aluk.Todolo..Kepercayaan.Kepada.Leluhur" style="color: blue;">kompas.com</a></span> </div><div style="text-align: justify;"> </div><strong><em></em></strong>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-90701097201914828602010-12-12T21:16:00.001+07:002010-12-12T21:19:51.149+07:00Ahli Waris Aksara Lota Ende<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgin2r-CXGsgeEptVg5eC5Xl26PxHLxqpatNaoX9TpqO3y59T09H41Les8GPWh-4r_oMvW_NQxUrPyoHxIRRcOfvy-CaHLQOErL2gwrvUFIcWEaaISnpm5cqSVcwddOaAk4PZrB64bqg30/s1600/aksara+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgin2r-CXGsgeEptVg5eC5Xl26PxHLxqpatNaoX9TpqO3y59T09H41Les8GPWh-4r_oMvW_NQxUrPyoHxIRRcOfvy-CaHLQOErL2gwrvUFIcWEaaISnpm5cqSVcwddOaAk4PZrB64bqg30/s320/aksara+2.jpg" width="320" /></a>Suatu bangsa dikenal dari bahasa dan aksaranya. Salah satu kriteria tingginya budaya suatu bangsa dapat dilihat dari peninggalan budaya tulisnya. Masyarakat Ende, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, memiliki aksara Lota. Sayangnya, kini, aksara Lota itu terkesan dibiarkan mati. Aksara Lota merupakan turunan dari aksara Bugis yang masuk Ende sekitar awal abad ke-16. Aksara Bugis ini kemudian beradaptasi dengan sistem bahasa dan budaya lokal masyarakat Ende. Pada masa lampau, aksara Lota ini ditulis pada daun lontar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada 1990-an, aksara Lota semakin kehilangan penggunanya. Saat itu hanya kalangan tua yang menguasai aksara ini. Salah satunya Rugeya (kini almarhumah), sosok yang fasih menulis-membaca Lota dan menjadi narasumber para peneliti yang pada 1993 sudah berusia 65 tahun. Proses regenerasi amat lemah. Generasi muda kurang berminat mempelajari aksara Lota karena terbatas penggunaannya dibandingkan aksara Latin yang menjadi alat komunikasi ataupun huruf Arab yang dipelajari untuk mendalami agama Islam. Akibatnya, aksara Lota pun mati pelan-pelan. Bahkan, saat ini pun kalangan tua sudah banyak yang lupa membaca dan menulis aksara itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat bergerak ke selatan Ende, tepatnya di Kampung Puubara, Desa Borokanda, Ende, tim <b><span style="font-weight: normal;">Ekspedisi NTT Kompas</span> </b>bertemu Mustafa Saleh Nggae (52), salah seorang warga Ende yang peduli dan mencoba menyelamatkan aksara Lota dari kepunahan. Mustafa juga termasuk segelintir orang yang masih lancar menulis dan membaca aksara Lota dari total penduduk Ende yang berjumlah sekitar 250.000 jiwa. Tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa Mustafa untuk menekuni aksara Lota yang bentuknya mirip huruf Hiragana itu. ”Saya mulai belajar menulis dan membaca aksara Lota saat usia 30 tahun,” katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-weight: normal;">Digunakan orang tua</span> </b>Waktu itu, Mustafa tergerak mempelajari aksara Lota karena masyarakat yang bisa membaca dan menulis aksara Lota yang tersisa jumlahnya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan. Kalaupun ada yang bisa, usianya sudah melewati 50 tahun. Padahal, aksara Lota selalu digunakan para orang tua yang mengkhitankan anak atau warga yang akan membangun rumah baru. Si empunya hajat biasanya minta dibacakan riwayat hidup, asal-usul, dan keadaan keluarganya yang tertulis dalam aksara Lota dan disampaikan dalam bentuk wo’i (nyanyian ratapan, prosa naratif tentang kejadian alam, riwayat hidup seseorang, dan lainnya).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Wo’i biasanya disampaikan di hadapan undangan di acara hajatan. Karena pendendang membaca dalam irama sedih, tidak sedikit undangan meneteskan air mata karenanya. Realitas itu yang membuat Mustafa bertekad mempelajari Lota. Ia tidak ingin sepeninggal generasi tua itu, aksara Lota hilang ditelan zaman.</div><div style="text-align: justify;">Mustafa tidak berhenti di cita-cita. Dia juga mempelajari huruf Lota kepada kakeknya, Abdul Fatah (almarhum), yang tinggal di Pulau Ende. Kakeknya itu memang menguasai aksara Lota dan sering diminta menjadi pendendang wo’i beraksara Lota.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Niatnya yang bulat menyebabkan Mustafa kemudian tinggal sementara di Pulau Ende yang kalau ditempuh dengan perahu motor dari Kota Ende perlu waktu sekitar 45 menit. Ia belajar Lota rata-rata dua kali sehari setelah makan siang dan seusai shalat magrib. Keseriusannya menampakkan hasil. Dalam waktu tiga bulan, Mustafa lancar membaca dan menulis aksara Lota serta menguasai cengkok wo’i dengan baik. Saking melekatnya wo’i dalam benaknya, Mustafa selalu dipanggil untuk mengekspresikan perasaannya pada banyak acara adat. Saat ini Mustafa sering diundang untuk membaca wo’i dalam acara resmi yang digelar Pemerintah Kabupaten Ende.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-weight: normal;">Tak ada regenerasi</span> </b>Cita-cita Mustafa untuk meneruskan warisan leluhurnya kini mulai tercapai. Warga yang mengadakan hajatan hampir pasti meminta jasa Mustafa membaca wo’i. ”Mau dibayar berapa, terserah keikhlasan pengundang saja,” ucapnya soal upah dari jasa yang diberikannya. Dia lebih peduli jika aksara Lota itu semakin dikenal dan tidak ditinggalkan oleh masyarakat ataupun generasi mendatang. Meski demikian, ia tetap saja risau aksara Lota ini akan hilang. Gelagat itu terindikasi dalam tiga tahun terakhir. Hampir tidak pernah lagi ada hajatan pernikahan dan sunatan yang diramaikan acara wo’i. Kerisauan Mustafa ini bukan karena pendapatannya atau mata pencariannya terancam ikut hilang. Selama ini, sumber penghasilan utama Mustafa adalah dari menenun sarung tradisional Ende. Benangnya menggunakan pewarna alami. Selembar kain tenun buatan Mustafa dihargai tak kurang dari Rp 1,5 juta. Mustafa lebih mengkhawatirkan hilangnya generasi masa depan Ende yang mengenal aksara Lota. ”Sebenarnya tidak sulit belajar Lota. Asalkan serius, tiga bulan pasti bisa baca-tulis Lota. Tapi, anak-anak muda sekarang tampaknya tidak suka belajar tulisan ini. Padahal, saya bersedia mengajar anak-anak di kampung ini,” katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Strategi belajar Lota dimulai dari menghafal bentuk huruf, suku kata, dan konsonannya. ”Untuk lancar membaca aksara itu diperlukan waktu paling lama seminggu,” kata anak sulung dari empat bersaudara pasangan Muhamad Saleh-Jaenab itu. Ketiadaan regenerasi diperparah lagi dengan sangat sedikitnya naskah Lota. ”Saya menyesal karena beberapa tulisan aksara Lota tidak saya simpan,” katanya. Aksara Lota yang dibaca dalam bentuk wo’i biasanya dipegang si empunya hajat, dijadikan ”pusaka” karena isinya menyangkut silsilah keluarga, sejarah pemilikan tanah, dan lainnya. Bahkan, ada naskah Lota yang disimpan warga yang untuk melihat dan membacanya saja harus didahului acara khusus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Penelitian lapangan selama dua bulan yang dilakukan Maria Matildis Banda di Ende tahun 1993 menunjukkan, setidaknya ada 20 naskah Lota. Jumlah itu amat sedikit dibandingkan naskah Sunda (789 naskah) yang dikoleksi di perpustakaan dalam dan luar negeri serta 554 naskah Sunda yang disimpan masyarakat. ”Saya baru sadar kalau penting sekali mempunyai catatan Lota. Mulai sekarang, saya menyempatkan waktu luang membuat catatan harian khusus dengan tulisan Lota, sekaligus untuk selalu mengasah membaca dan menulis,” ungkap Mustafa yang dengan upayanya sendiri mengonservasi aksara Lota di ambang kepunahannya</span>. </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">(<b style="font-weight: normal;">Samuel Oktora dan Khaerul Anwar)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><b style="font-weight: normal;">Sumber :<span style="color: blue;"> </span><a href="http://lipsus.kompas.com/jejakperadabanntt/read/2010/12/09/14575920/Ahli.Waris.Aksara.Lota.Ende" style="color: blue;">kompas.com</a> </b></span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-13816355559590682382010-12-12T21:02:00.000+07:002010-12-12T21:02:22.786+07:00Aksara Lota Ende Terasing di Negeri Sendiri<div style="text-align: justify;">Tak banyak yang mengetahui bahwa di kawasan Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Ende, Pulau Flores, terdapat aksara asli yang disebut Lota. Aksara ini nyaris punah. Tim Kompas bersama peneliti aksara Lota, Maria Matildis Banda, mengunjungi sejumlah tempat di Kecamatan Ende, Ende Selatan, Ende Utara, dan Nangapanda, yaitu permukiman etnik Ende yang beragama Islam, pengguna terbesar aksara Lota pada masa lalu.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv5XLZDijdj3Dbw08tR8Ofp4S2LQcJZuZqfpbFYrCpPjTzw1GyaV9qDVDF_s_n4Xu_xCvi1-NkO73XeWF4yA1Y4FD4xrgizfEd2Dy3ueSJjygjKIXiWcxphRP_mHtfjiUi4bSGkAFnxSQ/s1600/aksara.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv5XLZDijdj3Dbw08tR8Ofp4S2LQcJZuZqfpbFYrCpPjTzw1GyaV9qDVDF_s_n4Xu_xCvi1-NkO73XeWF4yA1Y4FD4xrgizfEd2Dy3ueSJjygjKIXiWcxphRP_mHtfjiUi4bSGkAFnxSQ/s320/aksara.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;">Tima (84), warga Kampung Woloare, Kota Ende, menuturkan, ia mengenal aksara Lota sejak kelas I sekolah rakyat. Karena sudah lama tidak menggunakan, Tima mengerutkan kening dan berusaha mengingat ketika diminta membaca atau menulis aksara itu. "Saya sudah banyak lupa," katanya setelah berhasil menulis beberapa kosakata huruf Lota. Surat beraksara Lota dulu ditulis menggunakan ujung pisau pada wunu koli (daun lontar). Hal senada diutarakan Murukana (80), nelayan Ndao.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Aksara Lota mulai kehilangan penggunanya tahun 1990-an. Generasi muda lebih suka belajar huruf Arab untuk membaca Al Quran dan huruf Latin sebagai media komunikasi. Hal ini menyedihkan mengingat aksara Lota adalah aset budaya Ende yang turut menyumbang kebinekaan Indonesia. Mungkin hanya Mustafa Saleh Nggae (52), warga Kampung Pu’u Mbara, Kecamatan Ende Utara, yang masih mahir membaca dan menulis aksara Lota. Ia langsung membaca dengan cara bersenandung (wo’i) ketika disodori naskah prosa berjudul Ratu Jie Ne’e Ratu Re’e, yang ditulis dengan bahasa Lio Ende.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Wo’i merupakan tradisi di etnik Ende, semacam syair dalam aksara Lota yang dibacakan pada acara sunatan, pesta pernikahan, dan pembangunan rumah. Wo’i berisi silsilah keluarga, sambutan bagi kedatangan kerabat, dan doa-doa agar hajatan berjalan baik. "Tapi, dalam tiga tahun terakhir ini jarang orang meminta wo’i," kata Mustafa, yang belajar aksara Lota dari kakeknya, Abdul Fatah (almarhum). Aksara Lota merupakan turunan langsung dari aksara Bugis. Sejarah mencatat, aksara Lota masuk Ende sekitar abad ke-16 semasa pemerintahan Raja Goa XIV I Mangngarangi Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin (1593-1639). Ia dibawa orang Bugis yang migrasi ke Ende. Aksara Bugis beradaptasi dan berkembang sesuai dengan sistem bahasa Ende menjadi aksara Lota.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lota berasal dari kata lontar. Mulanya aksara Ende ditulis pada daun lontar. Dalam perkembangannya ditulis di kertas. Ada delapan aksara Lota Ende yang tidak ada dalam aksara Bugis, yaitu bha, dha, fa, gha, mba, nda, ngga, dan rha. Sebaliknya ada enam aksara Bugis yang tidak ada dalam aksara Lota Ende, yaitu ca, ngka, mpa, nra, nyca, dan nya. Aksara Lota Ende sudah diteliti sejumlah pakar linguistik dan filologi, antara lain S Ross yang hasilnya dibukukan oleh Suchtelen tahun 1921 dalam Encyclopaedisch Bureau Endeh Flores. Peneliti lain adalah Jan Djou Gadi Ga’a tahun 1959, 1978, 1984, serta Maria Matildis Banda meneliti tahun 1993 dengan dukungan dana dari Ford Foundation. Hasilnya dibukukan tahun 2005 dengan judul Deskripsi Naskah dan Sejarah Perkembangan Aksara Ende Flores Nusa Tenggara Timur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurut Maria, aksara Lota sebenarnya gampang untuk dipelajari, tetapi seperti dibiarkan mati. Perhatian pemerintah daerah juga kurang. ”Padahal, salah satu tanda tingginya peninggalan budaya suatu bangsa adalah budaya tulisnya,” kata Maria, dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana, Bali. Prof Stephanus Djawanai, Guru Besar Bidang Linguistik dari Universitas Gadjah Mada, di Ende menyatakan, aksara Ende termasuk jenis silabik (syllabic writing, syllabibography, syllable writing), yang menggambarkan suku-suku kata, mirip dengan Hiragana Jepang. Jadi, bukan alfabet seperti huruf Latin. ”Tradisi penulisan aksara Lota bisa dikembangkan lewat jalur pendidikan. Strateginya, menjadikan aksara Lota sebagai salah satu pelajaran muatan lokal,” kata Stephanus. Saran itu patut menjadi perhatian. Jika proses regenerasi terputus, bisa jadi generasi masa depan NTT tinggal mengenang aksara Lota sebagai sejarah.<span style="font-size: x-small;">(<strong>SEM/RUL</strong>)</span></div><br />
<span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="http://lipsus.kompas.com/jejakperadabanntt/read/2010/12/09/13495362/Lota.Ende.Terasing.di.Negeri.Sendiri" style="color: blue;">kompas.com</a> </span>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-788107954138855702010-12-12T20:52:00.001+07:002010-12-12T20:52:44.260+07:00Suku Toe Menjaga Adat Manggarai<div style="text-align: justify;">Bagi Suku Toe bila ada tamu tak disambut itu berarti mereka telah gagal menjaga adat Manggarai Barat. Suku lokal di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu meletakkan adat di atas kepala sebagai pedoman hidup yang harus dijunjung tinggi. Pantas bila siapa pun orangnya bila datang menjadi tamu salah satunya di Desa Liangdara Kecamatan Sanunggoang Manggarai Barat akan mendapatkan ritual penyambutan yang panjang. Inilah yang akan dipersembahkan Suku Toe untuk tamunya, yakni satu cangkir tuak raja yang telah difermentasi paling sebentar sebulan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perempuan-perempuan berikat bali belo dan berpakaian birimbeli datang menyambut. Beberapa perempuan berusia lanjut memukul gong dan gendang menimbulkan suara ritmik yang sederhana. Sementara sejumlah lelaki Suku Toe menari tari tradisional Caci dengan satu janji bahwa luka yang tertoreh selama mereka menari adalah kebanggaan tersendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Primus Sata, tokoh seni dan budaya Suku Toe, menjadi salah satu pria yang hingga kini memimpin ucapara penyambutan tamu tersebut. "Setelah tidak ada lagi perang tanding, tarian caci digelar untuk menyambut tamu, saat perkawinan, atau setelah masa panen," kata pria 56 tahun itu. Bagi pria beranak lima itu, mempertunjukkan tari Caci adalah upaya untuk menjaga adat Manggarai Barat agar tidak tertinggal sebagai kenangan belaka. Ketika tamu datang, ia menukar baju petaninya, berganti kain songket, ikat kepala, dan tubirampai sebagai simbol jawara berjenggot.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Primus akan mengumpulkan anggota Sanggar Seni Nipuceki pimpinannya untuk menyambut tamu-tamu yang bertandang ke desanya. "Soal berapa rupiah yang akan kami dapat itu tidak pernah kami persoalkan, motivasi kami ini memuji dan memuliakan kesenian dan kebudayaan di Manggarai Barat agar tetap lestari, itu yang penting," kata Primus yang tak segan mencium tangan tamu-tamunya itu. Ia juga akan merasa senang bila pertunjukan adatnya dapat menghibur para pendatang yang mampir ke desanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tari Caci menarik lantaran merupakan tarian perang zaman dahulu yang kini telah bermetamorfosis menjadi tarian yang mempertontonkan adegan perang tanding antarjawara dengan menggunakan cambuk yang terbuat dari kulit kerbau. Meski sangat mungkin terluka, para penari caci akan merasa sangat bangga bila terluka atau bahkan melukai lawannya. Uniknya, tak pernah ada dendam, meski kerap ada yang terluka parah bahkan ada yang harus merelakan anak matanya terkena cambuk dan terpaksa buta setelah. Tak cuma tari Caci, hiburan lain salah satunya Rangkuk Alu akan dipertontonkan. Primus semakin senang bila tamu-tamu turut serta menari bersama mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Primus tak sendiri menjaga adat Suku Toe di Manggarai Barat, Usman Tan adalah jawara Tari Caci kondang yang telah menari sejak kelas 4 SD. Pria Toe 31 tahun itu kerap pulang dalam keadaan luka-luka sesudah menari Caci terkena cambuk kulit kerbau namun toh Usman tak pernah menaruh dendam. "Tari Caci itu persahabatan, meski terluka tapi tidak ada dendam, kalau luka sembuh semua sudah hilang," katanya. Niat di ujung hatinya hanyalah satu, yakni menjaga adat sukunya agar tak hilang ditelan zaman.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Regina Iya, perempuan Toe 34 tahun itu, sering juga menari rangkuk alu yang dipelajarinya sejak masih kecil. Tarian yang asal-usulnya merupakan upaya muda-mudi mencari jodoh itu menjadi salah satu janji suku Regina Iya untuk dijaga sampai mati. Saat ditanya mengapa Iya melakukan itu, tidaklah dia ingin pergi merantau agar mendapat lebih banyak uang, Iya hanya singkat menjawab, "Aku niak Flores" (Aku cinta Flores). Perempuan yang sehari-hari dipanggil Iya itu tahu betul bagaimana melompat di antara bambu yang yang digerak dan pukulkan oleh sekumpulan perempuan lain. Itu tari yang khas betul-betul adat Toe lantaran menggunakan bambu sama seperti asal usul nama suku mereka Toe yang berarti bambu hutan yang tumbuh liar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Itulah mereka, Suku Toe, di pintu gerbang Nusa Tenggara Timur. Mereka yang sehari-harinya berkubang lumpur berkebun kopi, cokelat, dan kemiri, memanen buah durian ruteng, mangga, rambutan, dan salak setahun sekali, seluruhnya telah sepakat pada satu janji, yakni menjaga adat Manggarai Barat. Suku Toe bersahabat dekat dengan kesederhanaan. Bagi mereka rumah mewah dan pakaian indah bukan tujuan. Adat dan budaya mereka adalah saksi yang telah menjadikan mereka masyarakat yang teramat tulus terhadap pendatang. Banyak dari mereka kini mengenyam pendidikan tinggi. Tidak sedikit yang tak ragu untuk menuntut ilmu ke kota di Ende atau Kupang untuk belajar di universitas. Anak kedua Primus Sata bahkan dikirim ke Jember, Jawa Timur, untuk menjadi sarjana kebanggaan sukunya. Uang pangkal kuliahnya dibayar dari hasil panen durian ruteng setahun sekali yang paling sedikit menghasilkan Rp15 juta. Itu belum termasuk panenan kopi dan kemiri dari lahan 0,5 ha miliknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun toh kearifan lokal telah menjadikan mereka kaum yang sama sekali jauh dari kata sombong. Toe akan menelan bulat-bulat para tamunya dalam dekap keramahan mereka. Teramat mudah membekas di hati ketulusan lelaki, perempuan, dan anak-anak Toe yang merangkai salam kesederhanaan bagi pendatangnya. Mereka akan selalu bergegas menyambut tamu, tersenyum malu-malu, dan tak pernah keberatan untuk diambil gambarnya. Perempuan Toe akan buru-buru merapikan rambut anaknya saat seorang tamu ingin berfoto dengannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Budaya mereka menggariskan anak pertama dalam keluarga memegang tanggung jawab besar. Maka pantas bila akan tersaji pemandangan anak perempuan kecil menggendong adik-adiknya yang masih bayi. Mereka pun tak ingin ketinggalan momen untuk menyambut tamu. Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Manggarai Barat, NTT, Alexander Gabut, sepakat mengupayakan sebuah preservasi dan konservasi bagi Suku Toe. Pihaknya mendukung pelestarian seni dan budaya lokal untuk kepentingan pariwisata yang menyejahterakan masyarakat sekitar. "Ke depan kami akan kembangkan sarana dan dukungan infrastruktur agar pariwisata di wilayah Manggarai Barat semakin siap menerima lebih banyak kunjungan wisatawan," katanya. Dengan begitu, wisatawan akan sepakat pada kalimat, "Aku taukolek ce e Flores" (Aku akan kembali lagi ke Flores). Sebuah janji untuk Suku Toe yang selalu menanti untuk ditepati. (<b><span style="font-size: x-small;"><span style="font-weight: normal;">Hanni Sofia).</span></span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: x-small;"><span style="font-weight: normal;">Sumber : <a href="http://kompas.com/" style="color: blue;">kompas.com</a> </span></span></b></div><span style="font-size: x-small;"><b></b></span>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-20296810191254845242010-12-12T20:13:00.000+07:002010-12-12T20:13:40.964+07:00Ka Nua, Ritual Adat Peresmian Kampung Di Pali Analoka<div style="text-align: justify;"> Setelah 85 tahun menanti, akhirnya acara yang ditunggu tiba. Ka Nua, ritual adat peresmian kampung di Pali Analoka, Desa Nenuwea, Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur, digelar pada 29 Juni-2 Juli 2010.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ritual adat ini sangat langka. Selain dilaksanakan sekali untuk selamanya, ritual ini juga merupakan hierarki tertinggi dalam tata cara perjamuan adat Bajawa.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8gGyiH1iQJqZ1CWTBrFn1bSDgpO5RQ9HOrZf5dWJ3FUUdkxEz5uR_7fdx8OZWHxXI8nYzJAn6fvEHYcU5TT-HOUvegImn7hTV8rhST-mm2nkNZ5A5EKsoub-9TExtKflf5s1iqbtR-Ag/s1600/ka+nua.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8gGyiH1iQJqZ1CWTBrFn1bSDgpO5RQ9HOrZf5dWJ3FUUdkxEz5uR_7fdx8OZWHxXI8nYzJAn6fvEHYcU5TT-HOUvegImn7hTV8rhST-mm2nkNZ5A5EKsoub-9TExtKflf5s1iqbtR-Ag/s400/ka+nua.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebuah kampung baru layak menjadi bagian kehidupan tradisi Bajawa jika telah menjalankan ritual ini. Namun, tahapan yang harus dipenuhi memerlukan waktu puluhan tahun. Misalnya, di Pali Analoka, kampung seluas 1.000 meter persegi yang berpenduduk 180 orang itu mempunyai 12 rumah adat. Ke-12 rumah adat itu harus diresmikan lebih dulu dengan ritual Ka Sao, baru dilakukan ritual Ka Nua.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kampung yang sudah diresmikan lewat Ka Nua disebut kampung yang sempurna. Dalam tradisi adat Bajawa digambarkan sebagai sadho Inerie leba suru laki. Artinya, kesempurnaan sudah dicapai karena mampu menggapai puncak Gunung Inerie, gunung tertinggi di Bajawa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">”Dewasa ini semua kampung di wilayah tradisi Bajawa umumnya sudah disahkan. Karena itu, sulit menyaksikan Ka Nua,” kata Yoseph Godho, putra Kepala Suku Loka.</div><div style="text-align: justify;"> Mosalaki (Ketua Adat) Analoka Piet Wago (84) membenarkan ritual Ka Nua amat langka. Sejak kecil sampai saat ini dia belum pernah menyaksikan Ka Nua. Piet Wago menuturkan, penyelenggaraan Ka Nua untuk Pali Analoka sudah diwasiatkan kakeknya, Jata Begu, sebelum meninggal tahun 1976.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tim Ekspedisi Jejak Peradaban NTT Kompas beruntung dapat menyaksikan ritual yang dihadiri sedikitnya 1.000 orang dengan menyembelih 20 kerbau dan 120 babi itu.</div><div style="text-align: justify;"> Acara pertama, 29 Juni, adalah uma moni (membuka ladang baru). Berikutnya nuka wole pare medo (mengantar hasil panen dari kebun ke rumah adat), lalu kada kolo bhaga-raju madhu (peresmian rumah-rumahan mini di pusat kampung yang merupakan simbol laki-laki/ngadhu dan perempuan/bhaga). Kemudian dilakukan todo kabu keri (pemotongan ilalang untuk menandakan rumah adat sudah diresmikan). Yang terakhir, ritual roko mata (penyembelihan kerbau sebagai korban untuk menghormati leluhur).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurut Olaf H Smedal, Associate Professor Universitas Bergen Norwegia, yang meneliti di Ngada untuk tesis doktornya yang berjudul Making Place: Houses, Land and Relationships among the Ngadha, Central Flores, suku Analoka mendiami Kampung Pali Analoka sekitar tahun 1930.</div><div style="text-align: justify;"> Tidak terdokumentasi</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Langkanya penyelenggaraan Ka Nua menimbulkan kekhawatiran punahnya ritual adat ini. Saat tim Kompas menanyakan hal ini, warga suku Analoka, Adrianus Dewaloke, menuturkan, ketua adat (mosalaki) menolak pendokumentasian tahapan ritual adat, doa-doa, serta alat musik etniknya. Alasannya, leluhur akan mewariskan secara supernatural kepada pewaris jabatan mosalaki.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">”Saya pernah menawarkan untuk menuliskan riwayat suku Analoka dengan merekam apa yang dituturkan mosalaki, tapi usulan saya ditolak. Alasannya, pengetahuan dari leluhur akan hilang atau tidak bisa keluar. Namun, pada ritual adat, ilham dari leluhur akan mengalir dengan sendirinya ke mosalaki,” kata Adrianus.</div><div style="text-align: justify;"> Ka Nua juga berfungsi sebagai perekat hubungan kekerabatan suku. Pada ritual itu mereka yang tinggal jauh, seperti di Kupang, Sumba, Denpasar, Madura, Jakarta, bahkan Medan, akan berdatangan ke kampung.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kedatangan mereka disambut dengan tarian khas Bajawa, ja’i, dengan iringan musik etnik setempat yang disebut go (gong) laba (gendang). Para penari ja’i, baik laki-laki maupun perempuan, mengenakan kain tenun lengkap dengan aksesori, antara lain kain yang menyilang di dada, tas mungil bertali panjang.</div><div style="text-align: justify;"> Para kerabat yang membawa buah tangan berupa hewan sesampai di pintu utama Kampung Pali Analoka akan melakukan sa ngasa, atau memekikkan kalimat-kalimat tentang pentingnya memelihara kekerabatan, lewat tokohnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat kerbau akan dipotong untuk perjamuan, dilakukan ritual basa sau, pembasahan parang dengan darah babi diiringi doa oleh mosalaki berisi permohonan perlindungan kepada leluhur.</div><div style="text-align: justify;"> Romo Bernadus Sebho Pr, Pastor Paroki St Paulus Jerebu’u di Kampung Bu’u, Desa Dariwali, Kecamatan Jerebu’u, berpendapat, biaya Ka Nua yang diperkirakan sekitar Rp 700 juta sebenarnya bisa dikurangi.</div><div style="text-align: justify;"> Sisa biaya bisa digunakan untuk memperbaiki infrastruktur jalan kampung, menyediakan air bersih, dan listrik tanpa menunggu bantuan pemerintah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Sebaliknya, menurut Yoseph Godho, perjamuan itu penting untuk mengikat tali silaturhim para kerabat. Selain itu, suku Analoka meyakini, darah kerbau yang membasahi tanah kampung akan menjadikan tanah subur dan produktif. (<span style="font-size: x-small;"><strong style="font-weight: normal;">Samuel Oktora</strong> dan <strong style="font-weight: normal;">Khaerul Anwar)</strong></span><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><strong style="font-weight: normal;">Sumber : <a href="http://kompas.com/" style="color: blue;">kompas.com</a> </strong></span>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-75182106452861568832010-12-12T19:59:00.002+07:002010-12-12T20:17:13.393+07:00Mahar Kawin Di Kalangan Suku Lamaholot Nusa Tenggara Timur<div style="text-align: justify;">Proses meminang gadis di kalangan suku Lamaholot, Nusa Tenggara Timur, unik. Meski penduduk wilayah ini tidak memelihara gajah, gading gajah sudah menjadi mahar kawin sejak ratusan tahun lalu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA0g1_RT5OSr_Z8khbUymBtF3RTWP80EcRqmOZRrT6SgR13RDi7IuluDIYp7qk7_TNt2_qdiY-tIDqR-YqmCibdXK-udftpWy2xAfMTrSWLIRID5SXoKS2PAcWGBtawAR266m5uCwJOjY/s1600/1933521620X310.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA0g1_RT5OSr_Z8khbUymBtF3RTWP80EcRqmOZRrT6SgR13RDi7IuluDIYp7qk7_TNt2_qdiY-tIDqR-YqmCibdXK-udftpWy2xAfMTrSWLIRID5SXoKS2PAcWGBtawAR266m5uCwJOjY/s400/1933521620X310.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;">Dalam masyarakat Lamaholot, mahar kawin (<i>belis</i>) selalu menimbulkan masalah rumit. Pembicaraan paling alot antara pihak keluarga perempuan dan laki-laki adalah soal berapa banyak gading gajah harus diberikan pihak laki-laki sebagai <i>belis</i> bagi calon istri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Status sosial menjadi ukuran menentukan jumlah dan ukuran gading. Jika calon istri berasal dari keluarga dengan status sosial tinggi, jumlah gading jauh lebih banyak dan lebih panjang. Kalau anak gadis berasal dari keluarga sederhana, jumlah dan ukuran gading bisa dikompromikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Elias Laga Kelake (72), pedagang gading gajah dari Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, menuturkan, bagi suku Lamaholot yang bertempat di Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Lembata, dan Pulau Alor Pantar, <i>belis</i> gading gajah tidak bisa diganti dengan barang lain atau uang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">”Di sini sudah tidak ada gajah. Gading kebanyakan ditemukan dari dalam tanah. Umur gading pun sudah ratusan tahun. Sebagian lain dibawa dari luar oleh para perantau,” kata Laga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika perkawinan terjadi antara perempuan asal Lamaholot dan pria dari luar suku dan berlangsung di perantauan, gading bisa dikonversi dengan uang. Namun, kalau pernikahan dilangsungkan di Flores, <i>belis</i> harus berbentuk gading.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Gading gajah dalam bahasa Lamaholot adalah <i>bala</i>. Ada tujuh jenis<i> bala</i>, antara lain <i>bala huut</i> (gading yang panjangnya sesuai rentangan tangan orang dewasa dari ujung jari kanan ke ujung jari kiri), <i>bala lima one</i> (gading sepanjang ujung jari tangan kanan sampai telapak tangan kiri orang dewasa), dan <i>bala lega korok</i> (gading sepanjang ujung jari tangan sampai belahan dada).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketua adat desa Demondei, Flores Timur, Philip Laga (57), mengatakan, dalam adat Lamaholot, gading tidak biasa diukur sesuai ukuran resmi seperti meter atau sentimeter. Mereka hanya menggunakan ukuran depa atau rentangan tangan orang dewasa.</div><div style="text-align: justify;">Dalam kesepakatan mengenai <i>belis</i>, keluarga perempuan berperan menentukan jumlah dan ukuran gading. Keluarga itu terdiri atas orangtua, saudara laki-laki, dan paman (saudara ibu kandung). Jumlah <i>belis</i> didasarkan pada gading yang dibayarkan ayah si gadis saat ia meminang ibu si gadis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">”Jumlah gading untuk meminang seorang perempuan berkisar antara 3 dan 7 batang. Jumlah tujuh batang biasanya berlaku di kalangan bangsawan atau orang terpandang. Masyarakat biasa umumnya tiga batang,” kata Laga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Bisa diutang</b></div><div style="text-align: justify;">Saat menikah di gereja, setidaknya satu batang gading harus dilunasi keluarga laki-laki. Sisanya bisa menyusul. Di kalangan suku Lamaholot, utang terkait belis berlangsung turun-temurun. Jika ayah belum melunasi belis akan dibebankan kepada anak, cucu, cicit, dan seterusnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Utang belis dari ayah atau kakek ditunda pembayarannya selama belum ada kebutuhan akan gading gajah dari keluarga ibu. Namun, sampai kapan pun pihak yang berutang dan berpiutang tetap mengakui hak dan kewajiban masing-masing.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">”Jika salah satu pihak mengelak atau meniadakan utang itu, secara adat ia akan mendapat kutukan atau hukuman leluhur, seperti tidak punya turunan, sakit berkepanjangan, atau cacat bawaan. Utang tetap utang, kecuali kedua pihak secara adat sepakat menghapus utang gading gajah itu,” katanya.</div><div style="text-align: justify;">Jika pihak keluarga laki-laki bersikap masa bodoh terhadap utang ini, keluarga perempuan akan bertindak. Hewan peliharaan, seperti babi, kambing, sapi dan kerbau, di sekitar rumah akan dibunuh dan dimakan di halaman rumah sambil menunggu pemilik rumah melunasi mahar kawin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Diganti saudari</b></div><div style="text-align: justify;">Di kalangan masyarakat yang masih primitif, gading gajah disamakan dengan perempuan. Jika laki-laki itu tidak memiliki gading, tetapi memiliki saudara perempuan, satu atau beberapa saudara perempuan akan diambil keluarga perempuan untuk dijadikan istri atau menjadi budak sesuai keinginan keluarga perempuan.</div><div style="text-align: justify;">Nasib perempuan pengganti mahar kawin gading gajah ini tidak menentu. Ia tidak mempunyai hak sama sekali untuk membela diri ataupun menentukan pilihan hidup. Jika nantinya ia berkeluarga tetap akan dikendalikan pihak keluarga perempuan yang berpiutang.</div><div style="text-align: justify;">Sebaliknya, pihak keluarga perempuan yang mengambil gading gajah tanpa memerhatikan nasib anak perempuan yang telah bergabung dengan keluarga suami, mereka dipercaya akan mendapat kutukan leluhur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mahar kawin tidak boleh diambil tanpa membawa kain tenun ikat berkualitas tinggi yang disebut <i>kewatek lodan</i> (tenun emas). Harga selembar tenun ikat ini bisa sampai Rp 20 juta. Biasanya, saat mengambil gading gajah, keluarga perempuan menyerahkan lebih dari 10 lembar kewatek lodan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Harga gading gajah bervariasi, yaitu Rp 13 juta sampai Rp 100 juta per batang tergantung ukurannya. Namun, kini tak mudah mendapatkan gading. Di kalangan suku Lamaholot, sebagian besar gading telah dijual ke luar Flores atau dipotong untuk gelang, cincin, dan perhiasan lain. <b style="font-weight: normal;">(<span style="font-size: xx-small;">KORNELIS KEWA AMA)</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b style="font-weight: normal;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-size: x-small;">Sumber : <a href="http://kompas.com/" style="color: blue;">Kompas.com</a></span></span></b></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-20364186632454162042010-11-09T19:16:00.000+07:002010-12-26T23:54:35.463+07:00Tourism Objects Tampang Allo<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Courier New";">A brief history of tourism objects Tampang Allo (or Tampangallo) This is a natural grotto grave is located in Kelurahan Kecamatan Kaero Sangalla’ and contains dozens erong (large coffin shaped like a buffalo and pigs), dozens of tau-tau (the statues) and hundreds skulls and human bones. At about the 16th century by the rulers Sangalla’ in this case the Puang Manturino with his wife Rangga Bulaan choose Cave Tampang Allo as a place of his burial later if they died.</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Courier New";">Thus Rangga Bulaan beautiful girl who was raised by apes, died first and his body put into Erong and placed in a cave TampangAllo. While the Puang Manturino died when inserted into Erong and placed on the funeral Losso’ is located not far from TampangAllo. Somehow then Erong The Puang was empty. While the body has been united with his wife's body in TampangAllo. Long after the Puang and his wife died Bulaan Rangga royal heirloom called Bakasiroe’ taken over by Puang musu' as ruler Tongkonan Puang Kalosi.</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Courier New";">At that time, Tana Toraja also known as “Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo” was in chaos due to attacks from the <st1:place w:st="on"><st1:placetype w:st="on">kingdom</st1:placetype> of <st1:placename w:st="on">Bone</st1:placename></st1:place>. War also occurred between the regional / local communities and the army helped Bone and consequently one who lost the battle fields and wealth confiscated and taken prisoner to Madan and the Bugis area.</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Courier New";">Puang musu’ bring heirloom Baka Siroe' fled to Madan and when it crossed the river Puang Sa'dan and of then Karasiak killed "Puang musu" and take out Baka Siroe'. Descendants Puang musu’ always trying in any way to restore the heritage BakaSiroe' into place. in 1934, there was peace between the descendants Puang musu 'with Karasiak descendants through marriage.</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Courier New";">With the birth of the offspring of the marriage Puang musu’ with Karasiak, the Heritage Baka Siroe' given to the child for Storing and maintenance. Likewise, their burial place agreed later in the Cave Tampang Allo As a manifestation of the covenant and oath of husband and wife are "always together for life, a both of us grave”.</span></span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-71172048143714851002010-11-09T10:43:00.000+07:002010-12-26T23:55:29.492+07:00Traditional Beliefs Toraja<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: monospace; font-size: 16px; white-space: pre-wrap;">Toraja people came from the sky. So that is believed in Aluk todolo, beliefs and teachings of life toraja first. This is also summarized in quotation toraja poem about the story of creation. In todolo Aluk trust, not only humans, but also buffalo, chickens, cotton, rain, iron, can, and rice as the basic elements of this nature, created and sent down from the sky. Is Datu' Laukku as human ancestors. He was made directly by the Creator named Puang Matua, from pure gold material, through Sauan Sibarrung. Datu Laukku and keturunannnya live in the sky until a few generations, and who first descended into the earth is Pong Bura Langi. On Earth, repeated Bura Pong 'and then have the descendants of the first and called Pong Mula Tau, was the first man. However Bura Pong Langi 'is not the only one who fell from the sky. Descendants of Datu other Laukku down to Earth. Among those who fell from the sky is the Puang Soloara in Sesean, Puang Tamboro Langi (Sawerigading) in Kandora, and Puang ri Kesu in Mount Kesu. They are called in repeated tomanurun '- The man who fell from the sky. This time toraja not alone in embracing the belief tomanurun repeated. Other tribes who inhabited the peninsula, south sulawesi also believe there is tomanurun dilangi', just about where his arrival was varied</span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-35732392096686925692010-10-10T03:27:00.000+07:002010-12-26T23:53:37.300+07:00Kepercayaan Tradisional Toraja<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Orang toraja berasal dari langit. Demikian yang dipercaya dalam aluk todolo, keyakinan dan ajaran hidup orang toraja dahulu. Ini juga terangkum dalam kutipan syair toraja tentang kisah penciptaan. Dalam kepercayaan aluk todolo, tidak hanya manusia saja, tetapi juga kerbau, ayam, kapas, hujan, besi, bisa, dan padi sebagai unsur dasar alam ini, dibuat dan diturunkan dari langit. Adalah Datu' Laukku sebagai nenek moyang manusia. Ia dibuat langsung oleh Sang Pencipta bernama Puang Matua, dari bahan emas murni, dengan perantaraan Sauan Sibarrung. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Datu Laukku dan keturunannnya tetap hidup di langit hingga beberapa generasi, dan yang pertama kali diturunkan ke bumi adalah Pong Bura Langi.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di bumi, Pong Bura langi' kemudian mempunyai keturunan yang pertama dan disebut Pong Mula Tau, itulah manusia pertama.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Namun Pong Bura Langi' bukanlah satu-satunya yang turun dari langit. Keturunan Datu Laukku lainnya juga turun ke Bumi. Di antara yang turun dari langit adalah Puang Soloara di Sesean, Puang Tamboro Langi (Sawerigading) di Kandora, dan Puang ri Kesu di Gunung Kesu. Mereka ini disebut tomanurun di langi' - Orang yang turun dari langit. Kali ini toraja tidak sendirian menganut kepercayaan tomanurun di langi. Suku-suku lain yang mendiami semenanjung sulawesi selatan juga percaya adanya tomanurun di langi', hanya mengenai tempat kedatangannya sangat bervariasi. </span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-81888167489556339332010-09-05T17:25:00.002+07:002010-12-26T23:50:35.518+07:00Pesona Kampung Naga Part I<div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7SbH-lnfjf6rEpzX_8GYBcYvHwcvXB_TdAWI3JAa-kzPZcUx41hmM5j2TL4SfuMtCfRQmGai8pj8WelVFc3eslC4AvYuyuE1NcXptJNyolYmLbBZ1D7KW7IATl4ALq74VSLa1vCX1Di4/s1600/kmapung+naga.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7SbH-lnfjf6rEpzX_8GYBcYvHwcvXB_TdAWI3JAa-kzPZcUx41hmM5j2TL4SfuMtCfRQmGai8pj8WelVFc3eslC4AvYuyuE1NcXptJNyolYmLbBZ1D7KW7IATl4ALq74VSLa1vCX1Di4/s320/kmapung+naga.jpeg" width="320" /></a><span style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; font-size: small;"><b>Kampung Naga</b> merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda<span style="color: black;"></span><span style="color: black;">. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian </span>antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda di masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat.</span></div><div style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kampung ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari kota Garut jaraknya 26 kilometer. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah di tembok (Sunda : <i>sengked</i>) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melaluai jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai kedalam Kampung Naga.</span> <br />
<br />
<span style="font-size: small;">Menurut data dari Desa Neglasari, bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur. Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><b>Religi dan Sistem Pengetahuan</b></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qg5cjE7Pa7srpGC2x5arbJ0aLOVH_l0eMMP7YJ5LQKjntCAVmr1S4SLAD2wnbI9V4cjpTSbNLNDMgwpFddtikvNUzNV7xgcvaCYs5Q7HtCT5TO-T4EUNfWrYMZVkrzawaVs7llL8uC4/s1600/kampung-naga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qg5cjE7Pa7srpGC2x5arbJ0aLOVH_l0eMMP7YJ5LQKjntCAVmr1S4SLAD2wnbI9V4cjpTSbNLNDMgwpFddtikvNUzNV7xgcvaCYs5Q7HtCT5TO-T4EUNfWrYMZVkrzawaVs7llL8uC4/s400/kampung-naga.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-size: small;">Penduduk Kampung Naga semuanya mengaku beragama Islam, akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Artinya, walaupun mereka menyatakan memeluk agama Islam, syariat Islam yang mereka jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya. Bagi masyarakat Kampung Naga dalam menjalankan agamanya sangat patuh pada warisan nenek moyang. Umpanya sembahyang lima waktu: Subuh, Duhur, Asyar, Mahrib, dan salat Isa, hanya dilakukan pada hari Jumat. Pada hari-hari lain mereka tidak melaksanakan sembahyang lima waktu. Pengajaran mengaji bagi anak-anak di Kampung Naga dilaksanakan pada malam Senin dan malam Kamis, sedangkan pengajian bagi orang tua dilaksanakan pada malam Jumat. Dalam menunaikan rukun Islam yang kelima atau ibadah Haji, mereka beranggapan tidak perlu jauh-jauh pergi ke Tanah Suci Mekkah, namun cukup dengan menjalankan upacara Hajat Sasih yang waktunya bertepatan dengan Hari Raya HajiDzulhijjah). Upacara Hajat Sasih ini menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga sama dengan Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.</span> yaitu setiap tanggal 10 Rayagung (<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmwy2KLhm9_mgiSfKNuiun2Vf6WLk8vQkCAnR0cf1vYN-3zuaiZPEzuTX0m3cKApKpRwOKd5VcCLfSLWF1LtV3gObkkRzthZhwcuf4hNOZBJMzQvIQjfrpiO-51pzXvu-I0_LwqEAA_CU/s1600/naga1tif.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmwy2KLhm9_mgiSfKNuiun2Vf6WLk8vQkCAnR0cf1vYN-3zuaiZPEzuTX0m3cKApKpRwOKd5VcCLfSLWF1LtV3gObkkRzthZhwcuf4hNOZBJMzQvIQjfrpiO-51pzXvu-I0_LwqEAA_CU/s400/naga1tif.gif" width="400" /></a></div><span style="font-size: small;">Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak menghormati <i>karuhun</i>, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada mahluk halus masih dipegang kuat. Percaya adanya <i>jurig cai</i>, yaitu mahluk halus yang menempati air atau sungai terutama bagian sungai yang dalam (<i>"leuwi"</i>). Kemudian <i>"ririwa"</i> yaitu mahluk halus yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam hari, ada pula yang disebut <i>"kunti anak"</i> yaitu mahluk halus yang berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang atau akan melahirkan. Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal mahluk halus tersebut oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai tempat yang angker atau <i>sanget</i>. Demikian juga tempat-tempat seperti makam <i>Sembah Eyang Singaparna</i>, <i>Bumi ageung</i> dan masjid merupakan tempat yang dipandang suci bagi masyarakat Kampung Naga.</span><br />
<span style="font-size: small;">Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.</span><br />
<span style="font-size: small;">Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok, walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (<i>gedong</i>).</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4bYz7FwyV0MhVWW6W41spA3zjbVCMGTOFjBqIBzVR2Naa2ROIL_Al1TZ1c8AenSGK1lelJ2k-DFXwxezl1Yaiaan_VcImbSaitN_MKay4R236ayt7glFxUEnldOn18rUx4H9Rz24PayA/s1600/kmpung+naga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4bYz7FwyV0MhVWW6W41spA3zjbVCMGTOFjBqIBzVR2Naa2ROIL_Al1TZ1c8AenSGK1lelJ2k-DFXwxezl1Yaiaan_VcImbSaitN_MKay4R236ayt7glFxUEnldOn18rUx4H9Rz24PayA/s400/kmpung+naga.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-size: small;">Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan. Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan atau tabu mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan waditra goong. Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung Naga adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama oleh kalangan generasi muda. Namun bagi masyarakat Kampung Naga yang hendak menonton kesenian wayang, pencak silat, dan sebagainya diperbolehkan kesenian tersebut dipertunjukan di luar wilayah Kampung Naga.</span><br />
<span style="font-size: small;">Adapu pantangan atau tabu yang lainnya yaitu pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Masyarakat kampung Naga dilarang membicarakan soal adat-istiadat dan asal-usul kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga sangat menghormati Eyang Sembah Singaparna yang merupakan cikal bakal masyarakat Kampung Naga. Sementara itu, di Tasikmalaya ada sebuah tempat yang bernama Singaparna, Masyarakat Kampung Naga menyebutnya nama tersebut Galunggung, karena kata <i>Singaparna</i> berdekatan dengan <i>Singaparna</i> nama leluhur masyarakat Kampung Naga.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Sistem kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap ruang terwujud pada kepercayaan bahwa ruang atau tempat-tempat yang memiliki batas-batas tertentu dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tertentu pula. Tempat atau daerah yang mempunyai batas dengan kategori yang berbeda seperti batas sungai, batas antara pekarangan rumah bagian depan dengan jalan, tempat antara pesawahan dengan selokan, tempat air mulai masuk atau disebut dengan huluwotan, tempat-tempat lereng bukit, tempat antara perkampungan dengan hutan, dan sebagainya, merupakan tempat-tempat yang didiami oleh kekuatan-kekuatan tertentu. Daerah yang memiliki batas-batas tertentu tersebut didiami mahluk-mahluk halus dan dianggap angker atau sanget. Itulah sebabnya di daerah itu masyarakat Kampung Naga suka menyimpan "sasajen" (sesaji).</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap waktu terwujud pada kepercayaan mereka akan apa yang disebut palintangan. Pada saat-saat tertentu ada bulan atau waktu yang dianggap buruk, pantangan atau tabu untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang amat penting seperti membangun rumah, perkawinan, hitanan, dan upacara adat. Waktu yang dianggap tabu tersebut disebut larangan bulan. Larangan bulan jatuhnya pada bulan sapar dan bulan Rhamadhan. Pada bulan-bulan tersebut dilarang atau tabu mengadakan upacara karena hal itu bertepatan dengan upacara menyepi. Selain itu perhitungan menentukan hari baik didasarkan kepada hari-hari naas yang ada dalam setiap bulannya, seperti yang tercantum dibawah ini:</span><br />
<ol><li><span style="font-size: small;">Muharam (Muharram) hari Sabtu-Minggu tanggal 11,14</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Sapar (Safar) hari Sabtu-Minggu tanggal 1,20</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Maulud hari (Rabiul Tsani)Sabtu-Minggu tanggal 1,15</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Silih Mulud (Rabi'ul Tsani) hari Senin-Selasa tanggal 10,14</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Jumalid Awal (Jumadil Awwal)hari Senin-Selasa tanggal 10,20</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Jumalid Akhir (Jumadil Tsani)hari Senin-Selasa tanggal 10,14</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Rajab hari (Rajab) Rabu-Kamis tanggal 12,13</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Rewah hari (Sya'ban) Rabu-Kamis tanggal 19,20</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Puasa/Ramadhan (Ramadhan)hari Rabu-Kamis tanggal 9,11</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Syawal (Syawal) hari Jumat tanggal 10,11</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Hapit (Dzulqaidah) hari Jumat tanggal 2,12</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Rayagung (Dzulhijjah) hari Jumat tanggal 6,20</span></li>
</ol><span style="font-size: small;">Pada hari-hari dan tanggal-tanggal tersebut tabu menyelenggarakan pesta atau upacara-upacara perkawinan, atau khitanan. Upacara perkawinan boleh dilaksanakan bertepatan dengan hari-hari dilaksanakannya upacara menyepi. Selain perhitungan untuk menentukan hari baik untuk memulai suatu pekerjaan seperti upacara perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, dan lain-lain, didasarkan kepada hari-hari naas yang terdapat pada setiap bulannya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Sumber : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kampung_Naga" style="color: blue;">Klik disini</a></span><br />
<br />
</div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-35361358228712092032010-08-12T00:23:00.005+07:002010-12-12T22:16:37.213+07:00Tongkonan, Rumah Adat Toraja yang Berusia 700 Tahun<div class="judulsedang" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Tongkonan, Rumah Adat Toraja yang Berusia 700 Tahun</span></div><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Bertamu, Ketuk Pintu Dulu Pakai Kepala</span><br />
<br />
<div class="judulsedang" style="font-size: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;"> </span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; height: 5px; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvWFrUd1_cVsqVZlM742Jk_UNitz7ZoAWUvuWvS19HA8cWGeDtmA0pHMpFEGYFTH2nZ4qI3-7pn8qZAoD9H_bA-IvfZms8Ggj1QXfZv6k6SfT1ezRy42RXvk00wVz-D_WVh9McJ9XReDc/s1600/132838large.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvWFrUd1_cVsqVZlM742Jk_UNitz7ZoAWUvuWvS19HA8cWGeDtmA0pHMpFEGYFTH2nZ4qI3-7pn8qZAoD9H_bA-IvfZms8Ggj1QXfZv6k6SfT1ezRy42RXvk00wVz-D_WVh9McJ9XReDc/s400/132838large.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebut Tana Toraja, orang akan membayangkan rumah adatnya yang unik. Orang Toraja menyebutnya tongkonan. Keunikan tongkonan itulah, salah satu, yang menarik wisatawan berkunjung ke kabupaten di Sulawesi Selatan tersebut.</span><span style="font-size: small;"></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
Laporan KASMAN, Makale<br />
---<br />
Untuk menuju Tana Toraja, pelancong bisa menggunakan pesawat terbang tujuan Makassar. Dari Jakarta, diperlukan dua jam perjalanan ke ibu kota Sulsel itu. <br />
<br />
Setiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, perjalanan menuju Tana Toraja bisa dilakukan dengan bus. Sebetulnya, kita bisa juga menggunakan pesawat terbang ke Bandara Pongtiku di Toraja. Hanya perlu 40 menit penerbangan dari Bandara Sultan Hasanuddin ke Bandara Pongtiku. <br />
<br />
Problemnya, penerbangan Makassar-Tana Toraja itu hanya tersedia sekali dalam sepekan dengan pesawat jenis Cassa. Bila menggunakan bus, perjalanan dari Makassar ke Makale, ibu kota Tana Toraja, membutuhkan waktu sekitar delapan jam melintasi jalur berbukit-bukit.<br />
<br />
Di Kota Makale, tongkonan asli tidak mudah ditemukan. Untuk melihat tongkonan dengan bentuk dan bahan aslinya, kita harus pergi ke luar kota. Beberapa daerah di Toraja masih memiliki tongkonan yang indah. Namun, yang paling diminati wisatawan adalah tongkonan palawa dan tongkonan atap batu.<br />
<br />
Tongkonan atap batu terletak di Desa Banga', Kecamatan Rembon, Kabupaten Tana Toraja. Dari Kota Makale, ibu kota Kabupaten Tana Toraja, kita harus menempuh perjalanan 10 kilometer ke arah barat. Tapi, tidak perlu khawatir. Jalan menuju Desa Banga' cukup mulus. <br />
<br />
Sekilas, tongkonan yang disakralkan warga itu tampak biasa-biasa saja. Ukurannya 3 x 10 meter, tidak terlalu luas untuk sebuah tongkonan. Namun, ada beberapa hal pada bangunan yang diyakini berusia 700 tahun itu yang tidak akan ditemukan pada tongkonan lain. Karena keunikannya, Pemkab Tana Toraja melalui pemerintah pusat mengusulkan tongkonan tersebut masuk daftar warisan budaya dunia UNESCO.<br />
<br />
Seperti sebutannya, salah satu keunikannya terletak pada atap yang terbuat dari batu pahatan berbentuk segi empat. Tebal tiap batu atap itu 5 sentimeter dengan lebar tiga jengkal orang dewasa.<br />
<br />
Di ujung batu atap tersebut ada dua lubang kecil di sisi kiri dan kanan. Fungsinya, untuk mengikatkan tali rotan yang dilengketkan ke balok kerangka atap. Puncak atap, tempat pertemuan atap sisi kiri dan kanan, ditutup pecahan bambu agar air hujan tidak merembes ke dalam tongkonan.<br />
<br />
Jumlah batu yang digunakan sebagai atap tongkonan itu lebih dari seribu. Berat tiap batu atap itu rata-rata 10 kilogram. Berarti, beban atap tongkonan tersebut sekitar 10 ton. <br />
<br />
Atap dan badan tongkonan itu ditopang 55 tiang yang seluruhnya terbuat dari kayu. Lantai tongkonan terbuat dari papan dan dindingnya berupa kayu berukir.<br />
<br />
Pada tiang depan tongkonan tampak berjajar ratusan tanduk kerbau yang dipotong tiap penghuni tongkonan itu menyelenggarakan pesta adat. Pintu masuknya hanya satu, terletak di bagian tengah sisi kanan bangunan. Untuk masuk ke tongkonan itu, kita harus melewati tangga yang juga terbuat dari kayu.<br />
<br />
Tertarik melihat bagian dalam tongkonan? Bisa. Cukup mengetuk pintu tiga kali, siapa saja boleh masuk. <i>Ah</i>, biasa. Di mana-mana, yang namanya tamu memang mesti mengetuk pintu dulu, <i>kan</i>?<br />
<br />
Tunggu dulu. Sebab, justru itulah salah satu keunikan tongkonan tua tersebut. Kita tidak boleh mengetuk pintu dengan tangan. Harus pakai kepala. "Kalau tidak mengikuti aturan itu, pengunjung biasanya mengalami kecelakaan saat pulang. Bahkan, ada pengunjung yang jatuh sakit karena masuk rumah tanpa permisi," tutur Dorkas, pemilik tongkonan kuno tersebut.<br />
<br />
Saat ini tongkonan itu dihuni Ne' Toyang, janda berusia 110 tahun. Ne' Toyang menghuni tongkonan itu bersama putri ketiganya, Dorkas. "Bapak saya bernama Sara', sudah meninggal. Sekarang tinggal Ibu (Ne' Toyang) dan cucu-cucu. Jumlahnya 140 orang," tutur Dorkas.<br />
<br />
Menurut dia, Nenek Toyang yang kini menghuni tongkonan itu adalah turunan kesepuluh dari penghuni pertama. Menurut cerita turun-temurun, yang pertama membuat dan menghuni tongkonan itu adalah nenek Buntu Batu.<br />
<br />
"Ibu saya yang sekarang menghuni tongkonan ini sudah turunan kesepuluh. Usia ibu saya 110 tahun. Turunan kedua hingga kesembilan kami lupa namanya. Ibu saya hanya bilang bahwa tongkonan ini berusia 700 tahun lebih," papar Dorkas.<br />
<br />
Saat akan masuk ke tongkonan itu, penulis juga diharuskan mengetuk pintu dengan kepala. "Tidak usah keras-keras, nanti sakit. Yang penting ada suaranya," kata Dorkas.<br />
<br />
Di dalam tongkonan itu ada kamar persis di sebelah kanan pintu. Di kamar itu Dorkas meminta izin, entah kepada siapa, agar direstui meninjau situasi dalam tongkonan.<br />
<br />
Rupanya, keluarga pemilik tongkonan tersebut yakin bahwa tongkonan itu masih dihuni leluhur meski tidak menampakkan diri. "Kalau ada tamu yang langsung naik tanpa permisi, biasa sakit saat pulang," katanya. <br />
<br />
Tongkonan itu punya empat kamar dan satu ruang tamu. Namun, di kamar-kamar tersebut tidak ada kasur atau ranjang.<br />
<br />
Bagaimana dengan atapnya? Dorkas yang kelahiran 1948 itu menyatakan, sejak dibangun sekitar 700 tahun silam, tongkonan tersebut baru dua kali ganti atap. Pergantian pertama hanya di beberapa titik. Saat itu ada tali rotan pengikat atap yang terputus. "Pergantian kedua dilakukan saat Tana Toraja dilanda gempa bumi. Tapi, saya lupa tahun berapa kejadiannya. Menurut kakek, sebagian besar atap jatuh karena gempa tersebut," katanya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; text-align: justify;"><br />
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;">Sumber :<a href="http://jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=132838" style="color: blue;"> jawapos.co.id</a></span></span> </div></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-81491373573680503352010-08-11T16:58:00.001+07:002010-12-12T22:22:32.718+07:00Keunikan Warisan Dunia Toraja Ditampilkan pada Festival Budaya<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;"><b style="font-weight: normal;">Kompas.com </b>- Wisatawan yang berkunjung untuk menyaksikan potensi seni budaya dan keindahan alam Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, dapat potongan menginap hingga 50 persen. Selain itu pemerintah daerah setempat juga menggelar Festival Budaya dan <i>Lovely December</i> 2009 , yang puncak pelaksanaannya berlangsung pada tanggal 26 Desember 2009 di Rantepao. </span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPB5E6AgbrR6jc9AAiwnghBzn4Gj0ylh1mVhwKPqKfMxlRzsm8JHOZNinsYSKCy9wyQf1oDakckNktrOtbi6qqYjqckqk7Hh_2OgofYJ1iXMToHyJCGskJjlqbWaOZV3mk4MFRWBUdBUM/s1600/225123p.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="302" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPB5E6AgbrR6jc9AAiwnghBzn4Gj0ylh1mVhwKPqKfMxlRzsm8JHOZNinsYSKCy9wyQf1oDakckNktrOtbi6qqYjqckqk7Hh_2OgofYJ1iXMToHyJCGskJjlqbWaOZV3mk4MFRWBUdBUM/s400/225123p.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bahkan, khusus wartawan, yang ingin melakukan peliputan di Toraja, pihak panitia dan pemerintah setempat, bekerjasama dengan pihak maskapai penerbangan dan pelaku wisata, memberikan fasilitas gratis dan berbagai kemudahan lain. Cara itu ditempuh untuk mengembalikan citra pariwisata Toraja sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama Indonesia.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kenyataan itu diungkapkan Sekda Kabupaten Toraja Utara Lewaran Rantelabi, Direktur Eksekutif Prima Vijaya Indah Tours, Nico B Pasaka, dan didukung Departemen Kebudayaan dan Pariwisara RI, pada jumpa pers, Selasa (8/12) di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Jakarta.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Karena dampak krisis ekonomi maupun aksi kerusuhan Poso, pariwisata Toraja yang pernah berjaya di era awal tahun 1990-an, menjadi pudar. Dan dengan telah terbentuknya daerah otonomi Kabupaten Toraja Utara yang berusia satu tahun, 26 November 2009, diharapkan industri pariwisata Toraja kembali bersinar, menjadi daerah tujuan wisata utama di Indonesia, kata Lewaran Rantelabi.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lewaran menjelaskan, Festival Budaya dan <i>Lovely December</i> 2009 dijadikan titik awal untuk menarik kunjungan wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara lebih banyak lagi ke Toraja. Agenda pariwisata berskala internasional ini dijadikan sebagai sarana untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing sektor pariwiwsata serta mendukung suksesnya program tahun kunjungan ke Indonesia.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Nico B Pasaka optimistis, wisatawan ke Toraja dan Indonesia timur umumnya, akan semakin meningkat, menyusul akan dibukanya jalur penerbangan ke Eropa oleh Garuda Indonesia. Ada 218 <i>tour operator </i>Eropa yang menjual Toraja. Untuk itu, pemerintah dan pelaku wisata sudah mulai berbenah kembali. Sapta Pesona kembali dicanangkan, agar masyarakat memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan, katanya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Secara terpisah, Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar, mengatakan, dengan pulihnya situasi keamanan pascakerusuhan Poso, Sulawesi Tengah, serta mulai membaiknya kondisi ekonomi global saat ini, diyakini akan mendorong meningkatnya kunjungan wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara ke Toraja.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Destinasi Toraja memiliki keunikan budaya yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia ini. Toraja pernah menjadi daerah tujuan wisata favorit bagi wisatawan Eropa. Melalui Festival Budaya kita ingin mengangkat kembali daya tarik Toraja sehingga banyak di kunjungi wisatawan, katanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Staf Ahli Menbudpar, Titin Sukarya menambahkan, keunikan Toraja merupakan keunikan dan kekayaan budaya dunia. Karena itu, Depbudpar sudah mengajukan Toraja ke Unesco untuk dapat pengakuan sebagai warisan dunia. <i>Tentantive</i> list sudah didapat, tinggal melengkapi criteria-kriteria yang ditetapkan Unesco, tandasnya. </span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-31662759044075333312010-08-11T16:51:00.001+07:002010-12-12T22:21:34.570+07:00Tana Toraja Butuh Jaminan Pencitraan<div style="text-align: justify;"><b></b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Kompas.com - Staf Ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Multikultural, Sri Rahayu Budiarti menilai pariwisata Tana Toraja butuh jaminan pencitraan yang kondusif. Sri Rahayu dalam kunjungan kerjanya di Makassar, Kamis (22/7/2010) sangat menyayangkan objek wisata Tana Toraja, Sulawesi Selatan yang terkenal dengan keunikan budayanya tidak lagi menjadi primadona negeri ini.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Padahal objek wisata di Toraja cukup dikenal di dunia Internasional bersama dengan objek wisata lainnya di Indonesia seperti Bali dan Yogyakarta. "Dari sejumlah daerah itu, hanya pariwisata Toraja yang sulit berkembang," katanya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj_2IpqFZT0PL2vQaqWCAERLBNaAOUSMcd7CMbeMAFls4PL6eBEgPSa2Yv8DYbeLcFfv5nZTx7BNBlBDQvD-twM-yHZWGnLdbzuoPEQmUhmvqrs2Bv4BvTNf-ZgwxBRKUA3QpyWErrpsg/s1600/Toraja_house.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj_2IpqFZT0PL2vQaqWCAERLBNaAOUSMcd7CMbeMAFls4PL6eBEgPSa2Yv8DYbeLcFfv5nZTx7BNBlBDQvD-twM-yHZWGnLdbzuoPEQmUhmvqrs2Bv4BvTNf-ZgwxBRKUA3QpyWErrpsg/s400/Toraja_house.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebanyak 18 ribu kamar hotel yang tersebar di Toraja, tingkat keterisiannya hanya tercatat sekitar 15 persen per tahun. "Kondisi ini butuh dukungan dari pemerintah daerah maupun <i>stakeholder</i> lainnya, Toraja saat ini hanya membutuhkan jaminan keamanan," pintanya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebab, unsur penting kepariwisataan yang diatur dalam "Sapta Pesona" adalah menghadirkan rasa aman suatu daerah untuk menarik minat kunjungan tamu asing maupun domestik. "Ini yang sulit, karena aksi kekerasan yang biasanya terjadi di kota Makassar terkadang dianggap berdampak di daerah Tana Toraja. Padahal, jarak Toraja dan Makassar cukup jauh," ujar Sri.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Banyak pihak yang beranggapan aksi kekerasan yang terjadi di wilayah Sulawesi Selatan erat kaitannya dengan kondisi daerah yang ada di Tana Toraja, akibatnya rasa aman yang menjadi jaminan pariwisata Toraja sulit terealisir. "Pemberitaan melalui media elektronik khususnya televisi sebaiknya tidak terlalu menonjolkan budaya kekerasan di daerah ini. Paling tidak materi pemberitaan yang tidak terlalu penting, tidak dibesar-besarkan," katanya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Sri berharap, pemerintah daerah di Sulsel bisa menjamin pencitraan daerah ini agar objek pariwisata Toraja kembali menjadi promadona negeri ini bersama daerah lainnya. </span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2734314639680975565.post-14396661044448190892010-08-11T11:41:00.000+07:002010-08-11T11:41:42.281+07:00Keindahan Taman Wisata Kyai Langgeng - Magelang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRQ7SlmHuwRIHLzYFFHBw4Wgc7_tWVVtGFqZTrY_Da5Pgan2B86ql8ppmN4xcNCyTmJ4vX91dB0A0bsD8HTZuSlLmBQ5vjUHZpBL4j5Trp0zi-tuTidLPfzhKgrmYzj_gAjCn4sC7tmyc/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRQ7SlmHuwRIHLzYFFHBw4Wgc7_tWVVtGFqZTrY_Da5Pgan2B86ql8ppmN4xcNCyTmJ4vX91dB0A0bsD8HTZuSlLmBQ5vjUHZpBL4j5Trp0zi-tuTidLPfzhKgrmYzj_gAjCn4sC7tmyc/s320/1.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Kyai Langgeng adalah sebuah nama yang diambil dari nama salah seorang pejuang di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro, satu di antara pahlawan-pahlawan Indonesia yang berjuang dengan gagah berani merebut kemerdekaan melawan penjajah Belanda selama Perang Diponegoro(1825-1830). Dasar dijadikannya sebuah Taman dengan menggunakan Nama Kyai Langgeng karena almarhumah, dimakamkan di kawasan ini. Makam tersebut masih ada dan terawat hingga sekarang ini. Taman Kyai Langgeng terletak di Jalan Cempaka,hanya1Km dari Pusat Kota Magelang. Berwisata ke tamanini merupakan suatu keasyikan tersendiri.selain taman yang ditata secara rapi, banyak tawaran kenikmatan dengan keunikan-keunikan yang diniliki dan fasilitas-fasilitas lain tersedia di dalamnya. Suatu pesona panorama alam menakjubkan yang dapat mengisi “kekosongan jiwa” para pengunjungnya secara sempurna.<br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI7VQcq-ojx747CqgVkSD0QKUJ1C9NFpZ_Erha8k-Kf3PnOmTGMBG2sl5TP84LrS1pqGBdRWmpfGMNWm9Sg6gqTzpjeMFqUUGJ_Sw5591ZgJ0MixsNuWvqO3CxQ3IDrwYgV-1uGb4Tf48/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI7VQcq-ojx747CqgVkSD0QKUJ1C9NFpZ_Erha8k-Kf3PnOmTGMBG2sl5TP84LrS1pqGBdRWmpfGMNWm9Sg6gqTzpjeMFqUUGJ_Sw5591ZgJ0MixsNuWvqO3CxQ3IDrwYgV-1uGb4Tf48/s320/2.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Ketika kehidupan kota yang sarat dengan segala problematika kesemrawutannya membiasakan kebosanan dan kejenuhan, orang membutuhkan suasana baru yang dapat memberi kenyamanan dan ketentraman.kita tahu bahwa saat sekarang kehidupan di perkotaan terbebani dengan aneka pencemaran(polusi) sebagai dampak pembangunan yang terus berkembang. Kemajuan teknologi di satu sisi memang mengangkat derajat ekonomi masyarakat, namun di sisi lain tetknologi memunculkan zat-zat beracun berbahaya yang selalu mengancam keselamatan manusia.limbah-limbah industri yang dibuang melalui cerobong pabrik mengeluarkan gas-gas seperti belerang/sulfur(S) dan timah hitam(Pb). Kendaraan bermotor membuang gas karbondioksida(CO2) dan methan(CH4), sisa-sisa obat-obatan pemberantas hama tanaman seperti DDT,dan sebagainya. Semua gas pencemar ini berakibat terganggunya kesehatan. Saat ini persoalan lingkungan yang sangat dikhawatirkan oleh semua bangsa/negara di dunia adalah semakin memanasnya suhu bumi(pemanasan global) akibat emisi gas karbondioksida(CO2) yang tidak terkendali.belum lagi orang harus memikirkan berbagaipersoalan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Untuk mengurangi beban, ketegangan bahkan stress sekalipun yang dibiasakan kehidupan kota dengan akibat modernisasinya seperti itu, keberadaan sebuah taman dapat memberikan jawabannya. Namun beberapa faktor penunjang yang menjadikan daya tarik harus disediakan, wisatawan biasanya ingin melihat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru, sesuatu yang spektakuler, mereka ingin berwisata dengan sedikit usaha dan mereka ingin menggabungkan petualang mereka dengan kegiatan waktu senggang seperti berenang, berolah raga perahu/becak air, menyaksikan hiburan musik khas, dan sebagainya.<br />
Potensi wisata yang dimiliki Taman Kyai Langgeng dapat diandalkan. Taman ini mengoleksi berbagai aneka flora dan fauna tropis yang langka. Ada cempaka ganda(Mycelia Cempakca), Dewa Daru(Eugenia Sp), Apel Bludru (Diospiros Rabbola),Nagasari (Mesua Ferrera), dan masih banyak lagi. Suasana alami sungguh terasa di taman ini, seolah pengunjung terbawa “kembali ke alam”(back to nature). Di dalam taman hijau ini terdapat satwa-satwa antara lain ular piton yang berasal dari Kedung Ombo, Burung Mambruk Elang(Falconidae), Bajing, Monyet, Rusa, Ayam Hutan dan beberapa satwa lain. Ada yang lebih unik dan aneh yakni dua lele yang sudah cukup tua usianya. Ikan lele jantan berusia sekitar 24 tahun lebih dan lele betina berusia kira-kira 54 tahun.<br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0sq4t-863eg6FjfHQPtDDNF_jwVq9XlT5Iul2dTlsxKQ0omEuxunTxUL52_UsiAZpRTgDr2lLvg1LDYTfTqLRzcp0zInbDoItSZ7lILCpOWwzM7hNeBraqWqdFaWD874Mi3Xcy-xinZg/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0sq4t-863eg6FjfHQPtDDNF_jwVq9XlT5Iul2dTlsxKQ0omEuxunTxUL52_UsiAZpRTgDr2lLvg1LDYTfTqLRzcp0zInbDoItSZ7lILCpOWwzM7hNeBraqWqdFaWD874Mi3Xcy-xinZg/s320/3.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Fasilitas-fasilitas penunjang yang dimiliki Taman Kyai Langgeng adalah sebuah kolam renang yang dipisah menjadi dua dengan pembatas terapung. Masing-masing untuk anak-anak dengan kedalaman 1 meter dan untuk orang dewasa sedalam 2 meter. Kolam renang ini dilengkapi dengan menara peluncur bergelombang dan tentunya tempat bilas serta ganti. Di samping itu, pesona lain yang tersedia adalah koleksi patung-patung dinosaurus, gelanggang pemancingan, taman lalu-lintas, rumah akuarium, rumah kaca, panggung terbuka, arena untuk bermain go-cart, sungai untuk nerkano dan arung jeram, toko-toko cinderamata, pasar buah-buahan tropis, lapangan tennis di dalam ruangan dan hotel. Dengan fasilitas-fasilitas yang telah dimiliki tersebut, membanggakan kenyamanan udaranya yang cerah dengan matahari yang selalu bersinar, pandangan alam yang indah dan memukau, keramah tamahan yang wajar dan penuh kehirmatan. Ini semua menjadikan taman tersebut sebuah surga, paduan antara anugerah alam dan buatan manusia.<br />
Taman Rekreasi Kyai Langgeng ini luasnya lebih dari 28 hektar dan berada pada jarak yang tidak jauh dari pusat Kota Magelang dan sangat mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun pribadi.<br />
Obyek wisata ini dapat dinikmati dengan berbagai cara misal anak-anak bisa bermain dengan berbagai permainan, ada juga kolam renang yang airnya selalu bersih dan segar atau hanya ingin bercengkerama dengan keluarga sambil menggelar tikar dan makan bersama saat makan atau bisa juga melihat aneka satwa dan flora yang ada di seluruh taman wisata ini. Dengan berkunjung ke Kyai Langgeng bisa merasakan ketentraman kehidupan alam pedesaan di tengah-tengah kota, khususnya di dekat sungai besar yang ada di pinggir komplek wisata dengan demikian para wisatawan diajak untuk meninggalkan kebisingan kehidupan kota sejenak dngan menikmati kehidupan alam yang indah, asri dan alami di taman wisata ini. Kyai Langgeng adalah seorang pejuang dan pengikut setia Pangeran Diponegoro pada Perang Diponegoro 1825-1830melawan penjajah Belanda, yang makamnya berada di dalam lokasi taman dan sebagai penghormatan maka namanya dipakai untuk nama taman wisata yang satu ini.<br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Taman Kyai Langgeng yang dibangun dan dikelola oleh Pemda Kodya magelang, muali resmi dibuka untuk umum pada tahun 1987 ini sudah mulai dikenal oleh pengunjung dari dalam maupun luar Jawa Tengah. Dengan cukup tersedianya koleksi satwa dan juga koleksi aneka ragam tanaman-tanaman langka juga aneka ragam kehidupan bunga tropis, juga tersedia kios-kios makanan, cendera mata juga hotel yang sangat menyatu dengan alam juga. Jadi tidaklah heran bagi banyak wisatawan yang berkunjung ke Yogya atau Jawa Tengah dan sekitarnya lebih menyukai bermalam di kota Magelang dan pada siang hari berwisata ke semua tujuan wisata yang ada. </span></div>lapatauhttp://www.blogger.com/profile/05949503192484549180noreply@blogger.com2